RSS

Dalil Maulid

03 Apr

Dalil-Dalil Peringatan Maulid Nabi SAW
sayyid-al-maliki-al-hasani2.jpg
sumber: infokito.net

Sayyid Muhammad Al-Maliki
Dalil-Dalil Peringatan Maulid Nabi SAW

Yang pertama merayakan Maulid Nabi SAW adalah shahibul Maulid sendiri, yaitu Nabi SAW, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan Muslim bahwa, ketika ditanya mengapa berpuasa di hari Senin, beliau menjawab, “Itu adalah hari kelahiranku.” Ini nash yang paling nyata yang menunjukkan bahwa memperingati Maulid Nabi adalah sesuatu yang dibolehkan syara’.

Banyak dalil yang bisa kita jadikan sebagai dasar untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Pertama, peringatan Maulid Nabi SAW adalah ungkapan kegembiraan dan kesenangan dengan beliau. Bahkan orang kafir saja mendapatkan manfaat dengan kegembiraan itu (Ketika Tsuwaibah, budak perempuan Abu Lahab, paman Nabi, menyampaikan berita gembira tentang kelahiran sang Cahaya Alam Semesta itu, Abu Lahab pun memerdekakannya. Sebagai tanda suka cita. Dan karena kegembiraannya, kelak di alam baqa’ siksa atas dirinya diringankan setiap hari Senin tiba. Demikianlah rahmat Allah terhadap siapa pun yang bergembira atas kelahiran Nabi, termasuk juga terhadap orang kafir sekalipun. Maka jika kepada seorang yang kafir pun Allah merahmati, karena
kegembiraannya atas kelahiran sang Nabi, bagaimanakah kiranya anugerah Allah bagi umatnya, yang iman selalu ada di hatinya? — Red.al-Kisah)

Kedua, beliau sendiri mengagungkan hari kelahirannya dan bersyukur kepada Allah pada hari itu atas nikmat-Nya yang terbesar kepadanya.

Ketiga, gembira dengan Rasulullah SAW adalah perintah Al-Quran. Allah SWT berfirman, “Katakanlah, ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira’.” (QS Yunus: 58).

Jadi, Allah SWT menyuruh kita untuk bergembira dengan rahmat-Nya, sedangkan Nabi SAW merupakan rahmat yang terbesar, sebagaimana tersebut dalam Al-Quran, “Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya’: 107).

Keempat, Nabi SAW memperhatikan kaitan antara waktu dan kejadian-kejadian keagamaan yang besar yang telah lewat. Apabila datang waktu ketika peristiwa itu terjadi, itu merupakan kesempatan untuk mengingatnya dan mengagungkan harinya.

Kelima, peringatan Maulid Nabi SAW mendorong orang untuk membaca shalawat, dan shalawat itu diperintahkan oleh Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan ucapkanlah salam sejahtera kepadanya.” (QS Al-Ahzab: 56).

Apa saja yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu yang dituntut oleh syara’, berarti hal itu juga dituntut oleh syara’. Berapa banyak manfaat dan anugerah yang diperoleh dengan membacakan salam kepadanya.

Keenam, dalam peringatan Maulid disebut tentang kelahiran beliau, mukjizat-mukjizatnya, sirahnya, dan pengenalan tentang pribadi beliau. Bukankah kita diperintahkan untuk mengenalnya serta dituntut untuk meneladaninya, mengikuti perbuatannya, dan mengimani mukjizatnya. Kitab-kitab Maulid menyampaikan semuanya dengan lengkap.

Ketujuh, peringatan Maulid merupakan ungkapan membalas jasa beliau dengan menunaikan sebagian kewajiban kita kepada beliau dengan menjelaskan sifat-sifatnya yang sempurna dan akhlaqnya yang utama.

Dulu, di masa Nabi, para penyair datang kepada beliau melantunkan qashidah-qashidah yang memujinya. Nabi ridha (senang) dengan apa yang mereka lakukan dan memberikan balasan kepada mereka dengan kebaikan-kebaikan. Jika beliau ridha dengan orang yang memujinya, bagaimana beliau tidak ridha dengan orang yang mengumpulkan keterangan tentang perangai-perangai beliau yang mulia. Hal itu juga mendekatkan diri kita kepada beliau, yakni dengan manarik kecintaannya dan keridhaannya.

Kedelapan, mengenal perangai beliau, mukjizat-mukjizatnya, dan irhash-nya (kejadian-kejadian luar biasa yang Allah berikan pada diri seorang rasul sebelum diangkat menjadi rasul), menimbulkan iman yang sempurna kepadanya dan menambah kecintaan terhadapnya.

Manusia itu diciptakan menyukai hal-hal yang indah, baik fisik (tubuh) maupun akhlaq, ilmu maupun amal, keadaan maupun keyakinan. Dalam hal ini tidak ada yang lebih indah, lebih sempurna, dan lebih utama dibandingkan akhlaq dan perangai Nabi. Menambah kecintaan dan menyempurnakan iman adalah dua hal yang dituntut oleh syara’. Maka, apa saja yang memunculkannya juga merupakan tuntutan agama.

Kesembilan, mengagungkan Nabi SAW itu disyariatkan. Dan bahagia dengan hari kelahiran beliau dengan menampakkan kegembiraan, membuat jamuan, berkumpul untuk pengingat beliau, serta memuliakan orang-orang fakir, adalah tampilan pengagungan, kegembiraan, dan rasa syukur yang paling nyata.

Kesepuluh, dalam ucapan Nabi SAW tentang keutamaan hari Jum’at, disebutkan bahwa salah satu di antaranya adalah, “Pada hari itu Adam diciptakan.” Hal itu menunjukkan dimuliakan-nya waktu ketika seorang nabi dilahirkan. Maka bagaimana dengan hari dilahirkannya nabi yang paling utama dan rasul yang paling mulia?

Kesebelas, peringatan Maulid adalah perkara yang dipandang bagus oleh para ulama dan kaum muslimin di semua negeri dan telah dilakukan di semua tempat. Karena itu, ia dituntut oleh syara’, berdasarkan qaidah yang diambil dari hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Mas’ud, “Apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, ia pun baik di sisi Allah; dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, ia pun buruk di sisi Allah.”

Kedua belas, dalam peringatan Maulid tercakup berkumpulnya umat, dzikir, sedekah, dan pengagungan kepada Nabi SAW. Semua itu hal-hal yang dituntut oleh syara’ dan terpuji.

Ketiga belas, Allah SWT berfirman, “Dan semua kisah dari rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu, yang dengannya Kami teguhkan hatimu.” (QS Hud: 120). Dari ayat ini nyatalah bahwa hikmah dikisahkannya para rasul adalah untuk meneguhkan hati Nabi. Tidak diragukan lagi bahwa saat ini kita pun butuh untuk meneguhkan hati kita dengan berita-berita tentang beliau, lebih dari kebutuhan beliau akan kisah para nabi sebelumnya.

Keempat belas, tidak semua yang tidak pernah dilakukan para salaf dan tidak ada di awal Islam berarti bid’ah yang munkar dan buruk, yang haram untuk dilakukan dan wajib untuk ditentang. Melainkan apa yang “baru” itu (yang belum pernah dilakukan) harus dinilai berdasarkan dalil-dalil syara’.

Kelima belas, tidak semua bid’ah itu diharamkan. Jika haram, niscaya haramlah pengumpulan Al-Quran, yang dilakukan Abu Bakar, Umur, dan Zaid, dan penulisannya di mushaf-mushaf karena khawatir hilang dengan wafatnya para sahabat yang hafal Al-Quran. Haram pula apa yang dilakukan Umar ketika mengumpulkan orang untuk mengikuti seorang imam ketika melakukan shalat Tarawih, padahal ia mengatakan, “Sebaik-baik bid’ah adalah ini.” Banyak lagi perbuatan baik yang sangat dibutuhkan umat akan dikatakan bid’ah yang haram apabila semua bid’ah itu diharamkan.

Keenam belas, peringatan Maulid Nabi, meskipun tidak ada di zaman Rasulullah SAW, sehingga merupakan bid’ah, adalah bid’ah hasanah (bid’ah yang baik), karena ia tercakup di dalam dalil-dalil syara’ dan kaidah-kaidah kulliyyah (yang bersifat global).

Jadi, peringatan Maulid itu bid’ah jika kita hanya memandang bentuknya, bukan perincian-perincian amalan yang terdapat di dalamnya (sebagaimana terdapat dalam dalil kedua belas), karena amalan-amalan itu juga ada di masa Nabi.

Ketujuh belas, semua yang tidak ada pada awal masa Islam dalam bentuknya tetapi perincian-perincinan amalnya ada, juga dituntut oleh syara’. Karena apa yang tersusun dari hal-hal yang berasal dari syara’, pun dituntut oleh syara’.

Kedelapan belas, Imam Asy-Syafi’i mengatakan, “Apa-apa yang baru (yang belum ada atau dilakukan di masa Nabi SAW) dan bertentangan dengan Kitabullah, sunnah, ijmak, atau sumber lain yang dijadikan pegangan, adalah bid’ah yang sesat. Adapun suatu kebaikan yang baru dan tidak bertentangan dengan yang tersebut itu, adalah terpuji.”

Kesembilan belas, setiap kebaikan yang tercakup dalam dalil-dalil syar’i dan tidak dimaksudkan untuk menyalahi syariat dan tidak pula mengandung suatu kemungkaran, itu termasuk ajaran agama.

Kedua puluh, memperingati Maulid Nabi SAW berarti menghidupkan ingatan (kenangan) tentang Rasulullah, dan itu menurut kita disyariatkan dalam Islam. Sebagaimana yang Anda lihat, sebagian besar amaliah haji pun menghidupkan ingatan tentang peristiwa-peristiwa terpuji yang telah lalu.

Kedua puluh satu, semua yang disebutkan sebelumnya tentang dibolehkannya secara syariat peringatan Maulid Nabi SAW hanyalah pada peringatan-peringatan yang tidak disertai perbuatan-perbuatan mungkar yang tercela, yang wajib ditentang.

Adapun jika peringatan Maulid mengandung hal-hal yang disertai sesuatu yang wajib diingkari, seperti bercampurnya laki-laki dan perempuan, dilakukannya perbuatan-perbuatan yang terlarang, dan banyaknya pemborosan dan perbuatan-perbuatan lain yang tak diridhai shahthul Maulid, tak diragukan lagi bahwa itu diharamkan. Tetapi keharamannya itu bukan pada peringatan Maulidnya itu sendiri, melainkan pada hal-hal yang terlarang tersebut. [infokito]

Wallahu a’lam

Wabillahi taufik wal hidayah

***Disarikan dari majalah al-Kisah

GLOSSARY:
Sayyid Prof. Dr. Muhammad ibn Sayyid ‘Alawi ibn Sayyid ‘Abbas ibn Sayyid ‘Abdul ‘Aziz al-Maliki al-Hasani al-Makki al-Asy’ari asy-Syadzili lahir di Makkah pada tahun 1365 H. Ayah beliau, Sayyid Alwi bin Abbas Almaliki (kelahiran Makkah th 1328H), seorang alim ulama terkenal dan ternama di kota Makkah. Disamping aktif dalam berdawah baik di Masjidil Haram atau di kota kota lainnya yang berdekatan dengan kota Makkah seperti Thoif, Jeddah.
Tidak kurang dari 100 buku yang telah dikarangnya, semuanya beredar di seluruh dunia. Tidak sedikit dari kitab-kitab beliau yang beredar telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis, Urdu, Indonesia dan lain-lain.
Beliau wafat hari jumat tanggal 15 Ramadhan 1425 H (2004 M) dan dimakamkan di pemakaman Al-Ma’la disamping makam istri Rasulullah SAW. Khadijah binti Khuailid Ra. dengan meninggalkan 6 putra, Ahmad, Abdullah, Alawi, Ali, al-Hasan dan al-Husen dan beberapa putri-putri.

Berikut ini VIDEO pengajian Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani di kediaman beliau. Dalam video ini beliau menyampaikan topik tentang hari kelahiran Rasulullah SAW.

 
 

65 responses to “Dalil Maulid

  1. mhartono

    April 27, 2008 at 3:38 pm

    Alhamdulillah kini saya menemukan Dalil Maulid sehingga bisa menambah wawasan berpikir saya, karena ya itu tadi banyak yang mengatakan Bidah,…. walaupun demikian saya paling senang menghadiri Muludan, .. karena disana saya banyak dapat teman baru dan ceramahnya itu yang utama buat saya yang merasa masih haus ilmu agama.
    Terima kasih Asy Syifa yang telah memberikan banyak pelajaran buat diri saya baik ikut langsung dalam pengajian umum di wilayah Bandung selatan dan melalui blog internet ini, semoga Asy Syifa semakin maju bukan hanya di Bandung Sumedang tapi juga di seluruh Indonesia bahkan ke seluruh dunia , aamiin

     
  2. Abu Aqli

    Mei 19, 2008 at 10:33 am

    Allohumma Sholli ala Muhammaddin Wa Aali Muhammad

    Assalammualayka Ya Rasulullah…
    Assalammualayka Ya Aba Qosim…
    Assalammmalayka Ya Immamarohmah…
    Assalammualayka Ya NabiALLAH…

    Assalammualayka Ya Asbabun Dunya Wa Rohmatullahi Wa Barakatu…

    Rindu dan kerinduan kami hanya padamu Ya Kekasih ALLAH…
    Kami Rindu Senyummu..
    Kami Rindu Dekapan hangatmu…

    (di nukil dari Mahdah Musthofa – al HS)

     
  3. zainruchyat

    Maret 22, 2009 at 4:10 pm

    masih ada yang rancu dalam hal dalil..
    tidak ada dalil yang menegaskan secara langsung di perbolehkannya maulid…

    terkesan seperti taqlid..

    padahal para sahabat dulu seperti ustman yang membukukan mushaf memiliki udzur yang syar’i yaitu banyaknya para penghafal alquran yang gugur di medan perang dan untuk mengantisipasi hilangnya hafalan alquran maka di bukukan.. alasan yang logis dan masuk akal untuk kondisi seperti itu..

    sedangkan disini jika diperhatikan hanya mengutip dari sisi globalnya saja.. padahal jika di teliti lebih jauh lagi para sahabat melakukan hal itu karna ada sebabnya (asbabunnujul) sehingga jika langkah itu tidak dilakukan maka akan terjadi kemudhorotan yang lebih besar…

    alasan dimasyarakat kita mengikuti maulid adalah bukti kecintaanya kepada Rosul.. akan tetapi pada realitanya banyak sunnah2 Beliau yang ditinggalkan..
    sebuah fenomena yang ironis..

    pantaskah kita mengaku cinta kepada Rosul akan tetapi banyak sunnah2 beliau yang kita tinggalkan!!!

    sebuah perbandingan yang tak seimbang…
    1 hari mencintainya sedangkan 355 hari lainnya kembali tdk mencintainya..

    wallahualam..

     
    • andriansyah

      Juli 9, 2009 at 4:57 am

      ente ngaji ga sih….ente sendiri yang taqlid buta
      semoga ALLAH MEMBERIKAN HIDAYAH TUK BELAJAR LAGI DAN BANYAK BERTANYA KEPADA ALIM ULAMA AGAR TIDAK TERSESAT
      afwan…lihat lah sisi kebaikan yang didapat..

       
      • rudini

        Februari 11, 2011 at 11:25 pm

        akhi…..orng yang dinamakan mencintai itu mengikuti ornag yang dicintai….beljar lagi..

         
    • soli...

      Februari 16, 2011 at 7:48 am

      SUNAH?
      SAAT INI SUDAH JARANG ORANG MENGIKUTI SUNAH
      DALAM HAL PAKAIAN SAJA, BUKANKAH NABI MEMAKAI JUBAH?
      MENGAPA KITA PAKE CELANA KATUNG-KATUNG?

       
      • mantex

        Februari 21, 2011 at 4:25 pm

        kalo sperti itu, bagaimana dg HP, Mobil, Pesawat, TV , laptop ?

         
    • ivhayz

      April 25, 2011 at 8:02 am

      ahk si akang sok kitu,isin tos jebrog kang,,,, mun hantem wae nanyakn dalil, simkuring nu bodo bd naros naon dalilna ngangge motor,henteu ku onta, kade kang nu shohehnya, teu kenging taqlid daih… bilih disebat bisa kabatur… wakakakaka… haraf maklum jalmi awam nu sok taqlid

       
    • tommylee84tommy

      Juli 8, 2011 at 9:31 am

      siapa yg banyak meninggalkan sunnah?…setahu saya orang2 yg ikut hadhir di maulid,kebanyakan orang2 yg senang dengan sunnah2 rasul,, seperti sholat2 sunnah…bahkan yg paling kecil pun seperti halnya bersyiwak….apakah ada di masjid2 kantor2, ataupun anda sendiri bersiwak?padahal itu sunnah rasul….jadi Menurut saya hal2 sunnah apa yg banyak ditinggalkan dan oleh siapa?…Sementara maulid adalah salah satu cara untuk meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW dengan cara mengikuti sunnah2nya, Insya Allah orang yg hadhir mengikuti maulid diberikan keberkahan oleh Allah SWT, yg rajin beribadah bertambah ibadahnya, yg hanya ikut2an, Insya Allah akan terbawa karena pergaulannya dgn orang2 yg cinta maulid…sehingga ibadahnya dapat ditingkatkan….lagipula maulid diadakan seperti yg anda katakan..harus ada asbabun nuzulnya…….maka dari itu karena penyebab banyaknya orang2 yg meninggalkan amal ibadah baik wajib dan sunnah, belum lagi orang2 yg beribadah tetapi maksiat jalan terus……baik dari kalangan bawah ataupun atas……Nah Maulid ini adalah salah satu sarana untuk meningkatkan ibadah kepada Allah dan meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW……Kalau anda tidak melakukan maulid, bahkan mungkin anda kategorikan bid’ah silahkan saja…..bagi ane pribadi bid’ah hasanah. bid’ah yg baik, yg didalamnya banyak sunnah2 yg dilakukan, seperti zikir, sholawat, taudziah2 hasanah dll-nya.Semoga ana doakan antum suatu saat akan mencintai maulid nabi SAW…..

      Cat : Untuk maulid yg sering diadakan di daerah2 jawa, dimana orang2 berebutan untuk mengambil isi dari tumpengan2…itu juga ana tidak setuju…tapi Insya Allah kalau di Jakarta Maulid yang ada berada dalam track yg benar…Wallahu a;lam bishowab

       
    • Edi Ayae Salwa

      Januari 8, 2012 at 4:18 pm

      pada prinsipnya perkara baik tidak butuh di rasionalkan sebab Allah tidak akan mengutuk makhluknya yang berbuat baik……. dan Allah tidak akan keliru menilai suatu kebaikan…. dan maulid pada dasarnya adalah membacakan shalawat pada Rasululllah SAW… jika dikatakan taqlid itupun taqlid yang baik dan tidak nhyasadr dari nilai-nilai agama Islam. dan semua agama pasti ber maulid sebagaimana kristen yang punya natal (natalitas) hari kelahiran Yesus (nabi Isa As) yang juga rasul umat Islam.

       
    • Syarif Noh

      Juli 30, 2012 at 10:33 pm

      Antum berpandangan sempit yang mengandalkan logika saja

       
  4. Ujang

    Maret 23, 2009 at 7:32 am

    Kami rasa dalil yg dipaparkan diatas sangat2 jelas sekali bagi orang yg hatinya lapang mau menerima kebenaran. Hanya orang2 yg di dlm hatinya ada penyakit saja yg tdk mau menerima kebenaran yg jelas….!

    Mengenai komentar anda ttng penyusunan Mushaf oleh Sayyidina Utsman RA.:
    =======
    “…padahal para sahabat dulu seperti ustman yang membukukan mushaf memiliki udzur yang syar’i yaitu banyaknya para penghafal alquran yang gugur di medan perang dan untuk mengantisipasi hilangnya hafalan alquran maka di bukukan.. alasan yang logis dan masuk akal untuk kondisi seperti itu..”
    ========

    Setau sy, pada jaman kekhalifahan yg dipimpin oleh Sholahuddin Al-Ayubi, justru beliau meniru/ittiba kpd Sayyidina Utsman RA, dikarenakan pd saat itu pasukan salib yg bgitu gencar menyerang Islam dan pasukan Islam mengalami penuruna semangat zihad. Maka Sultan Solahuddin Al-Ayubi membangkitkan semangat pasukan Islam dengan mengenalkan kepribadian RasuluLloh SAW melalui perayaan Maulid Nabi SAW. dan apa hasilnya??? Dengan Izin Alloh SWT, Pasukan Islam berhasil melawan pasukan salib….

    coba anda bayangkan jikalau pd waktu itu semangat pasukan Islam tidak bisa bangkit seperti tsb…. mugkin Islam tdk akan sampai k Saudara akibat kekalahan perang SUltan Solahuddin….dst

    Komentar Anda:
    ======
    alasan dimasyarakat kita mengikuti maulid adalah bukti kecintaanya kepada Rosul.. akan tetapi pada realitanya banyak sunnah2 Beliau yang ditinggalkan..
    sebuah fenomena yang ironis
    ======

    dimana bukti anda bahwa orang yg selalu/suka merayakan Maulid itu sangat jauh dr Sunnah Nabi SAW???? setau sy justru orang yg menyukai Maulid kebanyakan berusaha utk mengikuti Sunnah Nabi SAW. dimana letak ironis yg Anda sebutkan…

    Komentar Anda:
    ============
    pantaskah kita mengaku cinta kepada Rosul akan tetapi banyak sunnah2 beliau yang kita tinggalkan!!!

    1 hari mencintainya sedangkan 355 hari lainnya kembali tdk mencintainya..
    =================

    kami merayakan Maulid/pembacaan riwayat hidup Nabi SAW tdk 1 kali setahun, hampir setiap malam Jum’at di majelis2 ilmu, Masjid, Madrasah rumah2 di daerah kami khususnya rutin merayakan maulid/pembacaan riwayat/biografi Nabi SAW utk mempertebal kecintaan kpd Nabi SAW.

    =====
    1 hari mencintainya sedangkan 355 hari lainnya kembali tdk mencintainya..
    =====
    dengan 1 hr sj sudah jauh dr mencintai Nabi, bagaimana dengan orang yg sama-sekali tdk pernah??????

    WaLlohu a’lam

     
    • tommylee84tommy

      Juli 8, 2011 at 4:00 pm

      setuju dgn kang ujang……..mungkin kang ujang menanggapi komentar si “Zain Ruchyat”……kasian dia….diajak banyak beramal ibadah saat maulid yg isinya semua penuh dgn sunnah2 Rasulullah SAW diantaranya banyak membaca sholawat, blm lagi ada kewajiban yg kita laksanakan dalam Maulid dimana mendengarkan Taudziah hasanah merupakan bagian dari menuntut ilmu, dimana menuntut ilmu bagi muslim dan muslimah hukumnya wajib…..Weleh2 sungguh naif banget mereka yg anti maulid…….Kalau kang ujang lihat fotonya si zain itu…pakai kaus warna kuning…apa itu sunnah Rasulullah SAW?…..Kalau mau menjalankan sunnahnya Rasulullah SAW berpakaianlah sesuai berpakaiannya Rasulullah SAW, berarti pakaiannya yg memakai kaus dimana Rasulullah tidak pernah memakai kaus merupakan bid’ah…..Tapi mereka akan menjawab ,bahwa pakaian itu bukan dlm hal ubudiyah atau ibadah…..tapi dalam hal muamalah…hi…hi..hi…hi…sungguh parah pemikiran itu…..siapa bilang berpakaian bukan ibadah,,coba aja kita tidak berpakaian, berarti aurat kita terbuka…Apakah aurat yg terbuka tidak perlu ditutup??? dengan apa menutupnya???? Yang pasti dengan pakaian kan???jadi pakaian juga termasuk dalam hal ibadah….kacian..kacian…..Kalau mereka men-cap hal2 yg di zaman Rasulullah SAW tidak dilakukan beliau,dan kita lakukan melakukannya dianggap bid’ah….biar saja, toh itu adalah bid,ah hasanah yg tidak ada yg menyimpang dari syariat yg ada…apalagi dalam bid’ah hasanah itu tekandung hal2 yg sunnah……,,,,Sekarang kita tanya saja kepada mereka…terutama si “Zain Ruchyat”…..Apakah dakwah itu merupakan bagian dari ibadah????? Kita yg normal akan menjawab ibadah…bahkan mereka yg anti maulid pun akan menjawab bahwa itu ibadah…..kita tanya lagi…Apakah zaman Rasulullah SAW dakwah nabi ada melalui internet????? kita yg normal pasti jawab tidak ada…jadi kita yg biasa ngenet dgn tujuan dakwah yg merupakan salah satu ibadah, kita telah melakukan bid’ah hasanah yg akan membawa kebaikan untuk islam dgn tidak menyalahi syariat2 islam yang ada…..Coba deh kang ujang buka web-web yg ada di internet yg bertujuan ibadah karena demi dakwah dan syiarnya islam, pasti kalau kita browsing dgn google, yg muncul situs2 punya mereka orang2 yg anti maulid alias wahabi…..Kalau ditanya pasti dia membuat situs2 itu untuk tujuan ibadah, bukan dgn tujuan maksiat…..jadi sebenarnya mereka juga telah melakukan “BID’AH HASANAH”, tapi anehnya mereka tidak mengakuia adanya bid’ah hasanah, mereka cuma tahunya bid’ah dholalah,,,,karena Pelajaran bid’ah hasanah mereka bolos belajar…jadi nggak komplit dan utuh…..Dah dulu deh ,kalau dituruti maunya nulis 3 bab, tapi segitu ajja dulu ya…..”Hello kang “Zain Ruchyat”…moga2 Allah memberikan hidayah kepada anda…wassalam

       
  5. al-Fatah

    Maret 30, 2009 at 3:29 pm

    Buat yang bikin blog: SETUJU BANGEEEET!!!
    Hanya saja kita perlu menjaga diri kita sendiri, keluarga, kalau perlu jiran tetangga, teman, dll dari fitnah GAM (maaf, bukan yang di Aceh itu, tapi GAM= Gerakan Anti Maulid), sama fitnahnya wahabi dan dajjal…

     
  6. Asy-Syifa

    Maret 31, 2009 at 1:57 am

    Terima kasih atas dukungan & komentar2 dari pengunjung, kami harap komentar2 yg disampaikan bisa lebih menjaga etika “bil-lati hiya ahsan”

    Kami posting artikel diatas hanya sekedar memberikan sedikit pemahaman mengapa kami merayakan Maulid Nabi SAW supaya pihak2 yg kurang setuju dgn Maulid tdk ber-Khusnudzon cepat memfonis salah.

    Memang perayaan Maulid di zaman ahir ini banyak di-ikhtilaf-kan, antara mayoritas Ahlu Sunnah wal Jama’ah yg mendukung dan minoritas golongan “baru/Muhdatsah” yg menentang. Sedangkan hukum su-udzon tdk ada ikhtilaf akan haram-nya su-udzon.

    Mohon maaf bila ada kata2 yg kurang berkenan.
    Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.
    Admin.

     
  7. Andry

    Juni 21, 2009 at 10:09 am

    kebanyakan anggota GAM tidak paham tradisi maulid dari aspek religius, sosial, psikologis dan spiritualnya. Belum lagi adanya kegiatan perekonomian yang bisa dihidupkan dari tradisi maulid. Mereka juga tidak tuntas meneliti isi kitab-kitab maulid. Hal lain yang jadi ciri mereka adalah kebiasaan menjadikan satu atau dua perayaan maulid yang mereka lihat mengandung kemunkaran, maka digeneralisasi sebagai semua perayaan maulid memang seperti itu. Padahal para syekh yang lurus mengajarkan tradisi maulid dengan cara-cara yang sepenuhnya syar’i. Kalau ada yang mengajarkan hal2 yang tidak sesuai syar;i seperti bercampurnya laki-laki perempuan secara tidak pantas, melakukan hadrah yang berlebihan, maka seyogyanya hanya hal-hal itu saja yang diserang. bukan maulid-nya secara keseluruhan apalagi maulid sebagai ide….

     
  8. andriansyah

    Juli 9, 2009 at 4:58 am

    alhamdulillah semoga jaya terus…

     
  9. Asy-Syifa

    Juli 10, 2009 at 6:53 am

    Syukron Akhi Andriansyah. Semoga Alloh SWT selalu memberi Taufiq & Hidayah-Nya kpd kita, anak-keturunan kita, saudara2 kita, utk tetap berada dalam “jalur lurus aqidah” yg diridoi Alloh SWT wa bil khususnya kpd seluruh pengunjung Blog ini. Amiiin!

     
  10. sandhi

    Juli 13, 2009 at 3:47 am

    BAB I
    KAPANKAH RASULULLAH n DILAHIRKAN?

    Sebagian kaum muslimin senantiasa merayakan peringatan hari ulang tahun kelahiran Nabi Muhammad n atau yang dikenal dengan Maulid Nabi n . Maulid berarti tempat atau waktu dilahirkannya seseorang. Maulid juga adalah mashdar bermakna kelahiran (al-wiladah). Tempat maulid Nabi n adalah Makkah. Waktu maulid beliau n adalah 53 Sebelum Hijriah yang bertepatan dengan 571 M. Adapun tanggal dan bulannya maka para ulama berselisih dalam penentuannya, ada yang mengatakan bulan Rabi’ul Awwal, Ramadhan, atau Muharram, seperti sebagian penganut Syi’ah. Berikut di antara pendapat yang masyhur :

    a. Maulid Nabi adalah tanggal 8 Rabi‘ul Awwal

    Syaikh Nashiruddin Al-Albany t berkata, “Adapun waktu hari kelahiran beliau, telah disebutkan tentangnya dan bulannya oleh beberapa pendapat. Hal ini disebutkan oleh Ibnu Katsir t dalam kitab asal , dan semuanya mu’allaq, tanpa ada sanad yang bisa diperiksa dan diukur dengan ukuran ilmu mustholah hadits, kecuali pendapat yang mengatakan bahwa hal itu (hari kelahiran Nabi -pent.) pada tanggal 8 Rabi’ul Awwal. Karena tanggal 8 ini telah diriwayatkan oleh Imam Malik dan selainnya dengan sanad yang shahih dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dan beliau adalah seorang tabi’in yang mulia. Dan mungkin karena inilah, pendapat ini dikuatkan oleh para pakar sejarah dan mereka berpegang padanya, dan ini yang dipastikan oleh al-Hafizh al-Kabir Muhammad bin Musa al-Khowarizmy dan juga dikuatkan oleh Abul Khoththob bin Dihyah …”. [Shahih as-Sirah an-Nabawiah hal. 13].
    Syaikh Abdullah bin Muhammad at-Tamimi t berkata,”Beliau n dilahirkan pada tanggal 8 Rabi’ul Awwal., Qila (dikatakan) , “tanggal 10”, dan qila : “tanggal 12”, pada hari Senin”. [Mukhtashor Siratur Rasul, hal. 18].

    b. Maulid Nabi adalah tanggal 9 Rabi‘ul Awwal

    Pengarang Nurul ‘Ainain fii Sirah Sayyidil Mursalin pada halaman 6 berkata, “Mahmud Basya seorang pakar ilmu Falak menguatkan bahwa hal itu (hari kelahiran Nabi) adalah pada Subuh hari Senin, tanggal 9 Rabi’ul Awwal yang bertepatan dengan tanggal 20 April tahun 571 Miladiyah dan juga bertepatan dengan tahun pertama dari peristiwa Gajah”.
    Syaikh Shofiyyur Rahman al-Mubarakfury t berkata,”Penghulu para rasul dilahirkan di lingkungan Bani Hasyim di Mekkah pada subuh hari Senin tanggal 9 bulan Rabi’ul Awwal tahun pertama dari peristiwa perang Gajah dan bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 bulan April tahun 571 M”. Tentang wafatnya n dikatakan : “ ..kemudian tangannya miring dan beliau n akhirnya berjumpa dengan Kekasih Yang Maha Tinggi,…kejadian ini pada dhuha sedang panas-panasnya, yaitu ( wafatnya Nabi n ) Senin 12 Rabi’ul Awwal 11 H, usia beliau 63 tahun lebih empat hari…” [Ar-Rohiqul Makhtum hal. 54 , 466 ; Shahih al-Bukhari, bab Marai’dh Nabi 2 / 638-641].
    Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Humaid t berkata ketika menyebutkan tentang Abu Sa’id al-Kaukabury : “Dia adalah orang yang pertama kali merayakan maulid di negeri Maushil sebagaimana yang akan datang penjelasannya. Dia mengadakan perayaan tersebut pada malam kesembilan menurut yang dikuatkan oleh para ahli hadits (yaitu bahwa ahlul hadits menguatkan bahwa hari kelahiran beliau n pada tanggal 9) . Beliau n dilahirkan pada malam itu (ke-9) dan wafat pada 12 Rabi’ul Awal menurut kebanyakan ulama” [ar-Rasa`ilul Hisan fii Fadho`ihil Ikhwan h. 49].
    Syaikh al-Utsaimin t berkata,” … jika bulan ini (Rabi’ul Awwal) adalah bulan diutusnya Rasul n demikian juga dia adalah bulan dilahirkannya Rasul n berdasarkan pendapat yang dinyatakan oleh para pakar sejarah. Hanya saja, tidak diketahui malam keberapa beliau dilahirkan. Pendapat yang paling bagus adalah yang menyatakan beliau dilahirkan pada malam ke -9 dari bulan ini (Rabi’ul Awwal) bukan malam ke 12. Berbeda dengan pendapat yang terkenal di sisi kebanyakan kaum muslimin saat ini. Karena ini (yakni lahirnya beliau pada tanggal 12) tidaklah memiliki landasan yang benar dari sisi sejarah. Berdasarkan perhitungan para ahli falak belakangan, kelahiran beliau adalah pada hari ke 9 dari bulan ini…” [Majmu Al-Fatawa 7/357, Syaikh al-‘Utsaimin, kumpulan Fahd bin Nashir as-Sulaimany]

    c. Maulid Nabi adalah tanggal 12 Rabi‘ul Awwal

    Muhammad bin Ishaq bin Yasar berkata,” Rasulullah n dilahirkan pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal, tahun Gajah.” [Sirah Nabawiyyah 1/58 karya Ibnu Hisyam]. Akan tetapi pendapat ini dilemahkan oleh Syaikh Abdullah bin Muhammad at-Tamimi t dalam kitabnya Mukhtashar Siratur Rasul, hal. 18, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.

    Melihat pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada kepastian tentang tanggal hari kelahiran (maulid) Nabi n. Dan cukuplah hal ini menjadi tanda bukti nyata yang menunjukkan bahwa Nabi n, para sahabat g dan para ulama setelah mereka, tidaklah menaruh perhatian besar dalam masalah hari ulang tahun (maulid) Nabi n.
    Karena jika seandainya hari ulang tahun kelahiran (maulid) beliau n adalah perkara yang penting untuk dirayakan, memiliki keutamaan yang besar, dan memiliki arti yang mendalam dalam Islam, maka pasti akan ditegaskan oleh Nabi n dalam hadits-hadits beliau, sebagai konsekuensi dari kesempurnaan Islam dan semangat beliau n dalam menunjukkan kebaikan kepada ummatnya. Juga pasti akan dinukil dari para sahabat tentang tanggal kelahiran beliau n sebagai konsekuensi sikap amanah mereka dalam menyampaikan ilmu.
    Bahkan ketika Khalifah Umar bin al-Khaththab c bermusyawarah mengenai perlunya penanggalan Islam, para sahabatg hanya mengemukakan dua pilihan, yakni (1) memulai tahun Islam dari sejak diutusnya Muhammad n sebagai rasul atau (2) sejak beliau n hijrah ke Madinah. Akhirnya, pilihan Khalifah Umar c -yang disepakati para sahabat- jatuh pada yang terakhir. Khalifah Umar c beralasan, Hijrah adalah pembeda antara yang haq dan yang batil [Târîkh ath-Thabari, 2/3]. Saat itu tidak ada seorang sahabat pun yang mengusulkan tahun Islam dimulai sejak hari lahirnya Nabi n.
    Ini membuktikan bahwa para sahabat g bukanlah orang-orang yang biasa mengkultuskan Nabi Muhammad , sebagaimana orang-orang Nasrani mengkultuskan Isa o. Hal itu karena mereka tentu sangat memahami benar sabda Nabi n sendiri yang pernah menyatakan:”Janganlah kalian mengkultuskan aku sebagaimana orang-orang Nasrani mengkultuskan Isa putra Maryam, karena sesungguhnya aku hanya sekadar seorang hamba-Nya.” [HR. Bukhari dan Ahmad].
    Maka merayakan ulang tahun hari kelahiran Nabi n dan menjadikannya hari besar di dalam Islam adalah tidak memiliki landasan yang kuat. Tidak kuat dari sisi aqidah Islam dan juga tidak kuat dari sisi penanggalan kelahirannya. Bahkan jangan-jangan itu adalah hari wafatnya beliau n yang seharusnya kita berduka karenanya dan tidak selayaknya kita bergembira di bulan wafatnya Nabi n. Apalagi Rasulullah n telah mencukupkan dua hari raya bagi umat Islam yaitu : Idul Adhha dan Idul Fithri.
    Peringatan Natal dimulai tahun 325 M dipelopori Paus Liberius, jauh sebelum kedatangan Islam. Namun Nabi n dan para sahabatnyag yang hidup berdampingan dengan kaum Nasrani tidak pernah mengadopsi hari raya Natal (maulid Isa o) ini ke dalam Islam dalam bentuk perayaan maulid Nabi Muhammad n. Maka akankah kita menyalahi perintah Rasulullah n dengan menambah lagi hari raya berupa ulang tahun kelahiran beliau n yang meniru-niru tata cara ibadah kaum Nasrani dengan hari raya Natal-nya? Allahlberfirman,”Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka (Yahudi dan Nasrani) setelah datang kepadamu ilmu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zhalim.” [Al-Baqarah :145].
    Imam Muslim dalam muqaddimah Shahih Muslim (1/10) membawakan suatu riwayat yang sampai sanadnya kepada Muhammad bin Siriin, beliau berkata: “Sesungguhnya ilmu itu agama, maka lihatlah dari manakah kalian mengambil agama kalian”
    Bukankah Rasulullah b telah bersabda: مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
    (“Barang siapa yang meniru tradisi suatu kaum maka dia adalah bagian dari kaum tersebut.”) [Hadits shahih diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud] .
    (Bersambung…insya Allah)
    و صلى الله على على نبينا محمد وعلى آله و صحبه أجمعين و الحمد لله رب العالمين

     Ummu Ashhama Zeedan (Mrs. Novi)

     
  11. Ujang Dadang

    Juli 14, 2009 at 10:11 am

    Tks atas komentar “copy-paste” dr Mrs Novi. Maaf sy yakin ini adalah copy-paste karena banyak teks/karakter yg aneh seprti “Khalifah Umar c”, Nabi Muhammad , Nabi n, dll. Sedangkan Ust2 Ukhti sangat anti dengan taqlid buta, kalo copy-paste Vs Taqlid buta, kira2 sama ato beda ato parah yg mana?

    Mf… Langsung pd tanggapan. Ada beberapa “copy-paste”-an dr Mrs Novi yg perlu sy komentari, diantaranya:
    Tentang pengkultusan, coba Ukht cek arti “Kultus”? apakah yg dinamakan Kultus= mutlak “mentuhankan”. Sedangkan Hadits yg di “copy-paste” Ukt (”Janganlah kalian mengkultuskan aku sebagaimana orang-orang Nasrani mengkultuskan Isa putra Maryam, karena sesungguhnya aku hanya sekadar seorang hamba-Nya.” [HR. Bukhari dan Ahmad].) Jelas sekali yg di Larang Nabi SAW adalah “mengkultuskan Nabi sebagaimana orang-orang Nasrani” bagai mana kalo kita mengkultuskan Nabi SAW tidak seperti kultusnya Nasrani, dalam artian membenarkan semua perkataan, perbuatan & istiqror Nabi SAW secara mutlat tanpa harus bertanya “Kenapa harus begini? kenapa tidak begitu? dll” Apa2 yg berasal dr RasuluLloh SAW mutlak benar tampa harus tanya2 lagi. Trus apa acara yg di dalamnya dibacakan kisah/biografi agung dari Nabi SAW, budi pekerti & kepribadian Beliaw SAW yg luhur & Indah dan hal2 luhur nan indah lain yg berhubungan dgn Nabi SAW yg bermaksud utk mempertebal kecintaan kepada Nabi SAW (Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta) apakah acara tsb adalah dianggap kultus yg dlm artian men-tuhankan Nabi SAW sebagaimana orang-orang Nasrani?

    Hati2 Ukhti dlm menyebarkan faham2 seperti yg di “copy-paste”-kan Ukht di atas, Ukht harus telaah dulu. “Kok knapa orang lain pemahamannya beda dgn saya?” Jangan cpat2 memfonis!!! Secara sadar/tdk, ukht melarang kaum Muslimin yg berusaha mencintai & meneladani Nabi SAW dengan cara membacakan riwayat hidup Nabi SAW. Tapi karena kesempitan pandangan & kepicikan pemahaman dari Sekte yg membuat pernyataan yg di”copy-paste”-kan Ukht diatas, maka dengan cepat mereka memfonis kaum muslimin yg merayakan Maulid adalah menyerupai Nasrani dengan memahami dalil (“Barang siapa yang meniru tradisi suatu kaum maka dia adalah bagian dari kaum tersebut.”) secara sempit & Ficik. “Tasabuh” yg dimaksud di hadits tsb jangan diartikan sempit, karena kalo mau jujur (Kalo tasabuh dimaknai secara sempit seperti di komentar Ukht) maka, malah banyak “tasabuh” dr luar Islam yg ditiru oleh sekte yg ukhti ikuti tsb seperti tasabuh dalam pemerintahan, pemahaman Aqidah, tasabuh dalam berpakaian, tasabuh dalam makanan dll, padahal dalam Islam sendiri punya aturan dalam hal pemerintahan, berpakaian, makanan dll. Untuk lebih jelasnya dalam bab Tasabuh, silahkan Ukhti lihat/searching di blog/web tempat ukht meng-“copy-paste” masalah Ashabul wurud hadits tentang Shaum 10 Muharam

    Sementara itu saja yg dapat kami sampaikan, dikarenakan hari sudah mulai gelap. Mudah2an bisa dijadikan bahan renungan bg kita semua. Mohon maaf bila ada kata yg salah.
    Allohumma Sholli ‘ala sayyidinaa Muhammad, wa ‘alaa Aalihi wa sohbihii wa sallim….!

    NB. Mrs Novi ngga usah repot2 bersambung copy-paste artikel2 semacam itu, karena kami sdh tau sambungannya & di Hardisk kami juga ada & juga sudah banyak sekali artikel2, mp3, video mengenai faham2 yg serupa dgn yg di “copy-paste”-kan Ukht. Mungkin data yg dikeluarkan Sekte yg Ukht ikuti sudah banyak saya koleksi bahkan mungkin lbih kumplit drpd yg ukht punya… 🙂

     
    • ivhayz

      April 25, 2011 at 8:17 am

      mg ujang dalil kebanggan si eta (“Barang siapa yang meniru tradisi suatu kaum maka dia adalah bagian dari kaum tersebut.”) [Hadits shahih diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud] .
      jigana tuangna kurma sareng anggur meureunnya,,,

       
    • tommylee84tommy

      Juli 8, 2011 at 4:21 pm

      i like it your comment mr ujang

       
  12. abi

    Juli 28, 2009 at 2:16 am

    ass.wr.wb saya cuma komentar tentang kritisnya ikhwan2 masalah maulid nabi yg para habib juga mngeluarkan pernyataan tntang bid’ahnya perayaan itu(arrahmah.com),terlepas dr itu knapa yg lebih pnting malah tdk di bahas pdahal slama ini qta hiidup di sistem keKAFIRAN yaitu DEMOKRASI dan ini mslah tauhid

     
  13. Asy-Syifa

    Juli 28, 2009 at 9:31 am

    wa ‘alaikum slm Wr. Wb.

    Permasalahan Maulid Nabi SAW yg di-ikhtilaf-kan mendorong kami utk memposting artikel sederhana di atas. Terlepas dari perbedaan pendapat Ummat, tujuan dari posting tsb hanya ingin mempertegas bagi kami & Ikhwan2 yg suka “merayakan Maulid Nabi SAW” supaya dalam menjalankan aktifitas Maulid, kami tdk ragu2 lagi karena Maulid Nabi SAW yg di dalamnya terdapat nilai2 yg tdk bertentangan dgn Syariar Islam & utk lebih mengenal sosok pembawa Syariat (Nabi SAW)adalah suatu event yg sangat penting dan ada dalilnya yg jelas.

    Di dalam artikel ini pula kami tidak menyalahkan ataupun menyesatkan orang yg tidak merayakan Maulid Nabi SAW. Justru malah pihak2/aliran baru yg tdk menyetujui adanya peringatan Maulid Nabi SAW dan menganggap/memfonis amalan ini merupakan kesesatan, fin-nar dan kata2 lainnya yg pedih & menyakitkan hati.

    Mereka(yg kontra Maulid) mengeluarkan dalil2 Qur’an & Hadits yg kurang tepat pada tempatnya(salah alamat) sehingga mengakibatkan sebagian dari kami & Ikhwan2 yg suka “merayakan Maulid Nabi SAW” menjadi bimbang & Ragu. Terkadang mereka yg kontra (dgn ketidak jujurannya), mengatas-namakan Ulama Salaf, Mufti, Habaib dll utk memaksakan/mendokrin umat supaya mengikuti pemahamannya, padahal tokoh2 umat yg Masyhur tsb tdk pernah mengeluarkan pernyataan demikian, atau mereka yg kontra memotong pernyataan tokoh2 umat yg Masyhur tsb, menukil secara tdk utuh, sehingga seolah-olah tokoh2 umat yg Masyhur tsb mendukung sektenya. Naudzubillah, ini bukan asal ketik Pak, tp sdh banyak bukti kekotoran & ketidak jujuran mereka(pihak yg kontra dgn Maulid) yg melakukan hal2 tsb(memotong/menukil scr tdk utuh dari Tokoh Ulama Masyhur))

    Tp AlhamduliLlah dengan adanya artikel2 semacam di atas, juga artikel2 lain yg berisikan tentang dalil2 amalan yg sudah menjadi kebiasaan dari salafus-soleh yg jaman sekarang di tentang habis-habisan oleh golongan/sekte baru, setidaknya ada sedikit ketenangan dlm menjalankan amalan2 tsb karena ternyata ada dalilnya yg soheh dari rowi yg tsiqoh.

    Jaman sekarang yg penuh dgn fitnah terutama fitnah Aqidah, sangat jarang suatu perkumpulan yg di dalamnya diperkenalkan pribadi & sunnah2 Nabi SAW. Kalau pun ada sangat jarang & pesertanya pun minim, jarang mencapai ratusan bahkan ribuan. Even Maulid yg menghadirinya kadang sampai ribuan lebih merupakan suatu even utk menanamkan/memperkenalkan nilai2 Islam & sunnah2 Nabi SAW.

    Adapun komentar dari Bpk Abi yg menyatakan bahwa kurang penting utk membahas/mengkritisi ikhtilaf Maulid Nabi, tp di alinea tengah mengapa Bpk Abi sendiri kurang konsisten dgn pernyataannya, justru mengkritisi persoalan Maulid Nabi SAW dgn pernyataan

    “maulid nabi yg para habib juga mngeluarkan pernyataan tntang bid’ahnya perayaan itu”

    tanpa disertai pembuktian, para Habib yg mana? dalilnya apa? dst?

    Maaf bukan berarti kami tdk memperdulikan masalah sistem pemerintahan & kehidupan bernegara yg sedang berjalan di negri Indonesia ini yg menurut Bp Abi adalah sistem keKAFIRAN. Masalah yg ada jaman sekarang ini yg tdk sesuai dgn Syari’at Islam sangat banyak & kompleks sehingga tdk bisa dirubah dengan waktu yg singkat. Semuanya hrs berproses sesuai dgn metode dakwah Nabi SAW. Berproses bukan berarti lamban.

    Masing2 individu/organisasi mempunyai peran masing2. Peran yg berbeda-beda tsb harusnya disinergikan, bukannya saling menjatuhkan, menyesatkn, menjelek-jelekan. Kapan umat bisa bersatu membangun tatanan kehidupan yg Islami dari segala aspek? Sedangkan masing2 individu/organisasi yg mempunyai peran yg berbeda2 tsb malah sibuk saling mencaci? Sedangkan di luar, pihak yg membenci(musuh) Islam sangat senang dan menikmati dgn perpecahan umat Islam….! Bagaimana kita mau membenahi negara Indonesi supaya sesuai dengan syariat Islam, terbentu Khilapah dst, sedangkan meng-akur-kan atupun mengatur tatanan kehidupan yg bersekala kecil saja dulu, seperti di keluarga & lingkungan tetangga sendiri, malah kita sendiri suka saling mencaci, membenci dll??????

    Semoga ini bisa dijadikan renungan bagi kita. Akhirnya kami mohon maaf bila ada kata2 yg kurang tepat & tidak sesuai dengan pendapat para pengunjung atau bahkan tdk berkenan di hati, sekali lagi saya mohon beribu2 maaf. Tdk ada sedikitpun niat utk menyakiti ummat Sayyiduna Muhammad SAW, menyakiti umat Nabi SAW berarti menyakiti Beliau yg Roufur-Rohim, NaudzubiLlahi min dzalik.

    Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb.

     
  14. aziz

    November 11, 2009 at 2:41 pm

    kalau antum mengaku cinta kepada Nabi Muhammad,..
    hidupkan sunnah-sunnahnya
    tinggalkan bid’ah,…
    satukan umat islam di atas sunnah dengan pemahamn salafus sholih

     
    • Asy-Syifa

      November 13, 2009 at 2:00 am

      Setuju P Aziz…. Hidup diatas Sunnah RasuluLloh SAW dgn pemahaman Salafus Shalih “yg asli bukan yg hanya mengaku-ngaku salafus saleh” karenga jaman sekarang banyak “minyak babi” yg bermerek “Unta padang pasir”. Semoga kita tdk terkelabui & tertipu oleh pemahaman2 baru seperti jaman sekarang ini. Aamiiin

       
    • syahriel

      Januari 29, 2012 at 1:00 am

      wahai saudaraku yg budiman smga antum ,dalam lindungan allah. agama islam fitrah , dan islam itu relevan sehingga mampu di terapkan pada zaman dan kondisi apapun, dalam kata lain seandainya kita bergembira dan memperingati kelahiran sang utusan allah, rosul pembawa kebenaran apakah itu salah? tentu tidak tp itu fitrah kita sebagai wujud kecintaan kita kpda sang baginda rosul, coba antum pikirkan apakah cinta kepada rosul cukup dg mendebat kan sebuah dalil2 yg terkadang justru menimbulkan permusuhan di anatra ummat islam sendiri.,.antum punya dalil dan ana jga punya dalil, tp jangan sampai masyarakat(masa)yg berdalil dg dalil phytagoras (broti/balokan ) yg geram dg penuduhan bid’ah yg antum gencar” kan.

       
    • herbcure

      Januari 30, 2012 at 2:46 pm

      sunnah Nabi yang mana yang antum kerjakan?

       
      • Asy-Syifa

        Januari 31, 2012 at 7:59 am

        Sunnah Nabi yg difahami oleh Ulama Salafus Sholeh Aimmatul Muslimin (Yg Asli) dgn sanad yg muttasil sampai kepada Nabi SAW.
        Itu lah yg kami yaqini.

         
  15. odiaswanda

    November 23, 2009 at 7:29 pm

    Dan barangsiapa menentang Rasul … Kami masukkan ia ke dalam Jahannam… (QS 4:115)
    Diperintahkan oleh Rasul “Selisihah kaum musyrikin”. Apa antum berani menentang Rasul?
    Jangan pernah mau mengikuti bid’ah kaum musyirikin.
    Dilarang memangkas lihyah (Imamat 19:27), malah dicukur habis. Alasannya yg dilarang hanya memangkas sedikit, kalau semuanya maka boleh. ANEH.

    Dilarang berkumpul merayakan yang tidak diperintahkan (Hosea 9:1, Yehezkiel 44:24)
    Maka tanyakan kepada yg suka berkumpul merayakan maulid Nabi-Nya, apakah ada perintah berkumpul merayakan maulid Nabi Isa alahi salam?

    Taurat, Zabur, dan Injil adalah Kitabullah juga. Ambil yang tidak bertentangan / mansukh dgn Al-Quran wa Sunnah sebagai penguat dalil.

    Berkumpul merayakan kelahiran bagi kaum muslimin ada sunnah (tuntunan) dari Rasul yakni Aqiqah ketika bayi usia 7 hari.

    Tdk ada sunnah (tuntunan) berkumpul merayakan yang telah wafat. Yang ada ialah bersholawat di manapun berada kecuali di kuburan, perbanyak sholawat di hari Jumat.

    Jangan menyanyikan sholawat karena tidak ada sunnah-nya.

     
    • Jang Dadang

      November 24, 2009 at 1:58 am

      Mf Syeh Osdi…! Kami melihat antum menggunakan dalil tsb utk orang musrik/kafirin bukan utk mendebat kaum muslimin yg ngga sependapat ama antum & Syeh2 antum, coba antum buka lg Tafsir & Asbabun-Nuzul ayat yg antum terjemahkn (QS 4:115)? Malah kok antum pake dalil dr kitab Injil, apa ngga cukup Al-Qur’an & Sunnah Nabi SAW? Taurat, Zabur & Injil kitab samawi yg diturunkan Alloh SWT kepada umat2 tertentu & kita wajib mengimaninya.

      Dalil2 di artikel ini menurut kami sudah sangat jelas (bagi orang yg dilapangkan dadanya), bahwa tdk ada cela/keburukan dlm “Peringatan Maulid Nabi SAW”. Alangkah baiknya bila qta menyikapi hal2 “khilafiyah” yg kurang sejalan dengan pemahaman qta dengan semangat mencari kebenaran bukan pembenaran pendapat sendiri, mengetengahkan dalil2 yg jelas & sesuai pd tempatnya, secara menyeluruh tdk parsial dgn pemahaman yg tdk picik. Coba “tabayyun” dgn dalil2 dari pihak “lawan” qta, hilangkan taqlid buta, bersihkan hati ikhlas hanya mencari rido-nya, akui kalo memang kita yg salah…!

      Mohon maaf bila ada kata2 yg kurang berkenan di hati antum!

       
  16. Muhammad Hasan Sadzili

    November 24, 2009 at 7:58 am

    Assalamualaikum wr.wb.
    Mohon maaf pak odiaswanda
    Tolong anda renungkan apa yang dibicarakan di peringatan maulid itu. Semua jenis maulid baik yang di sumedang, bandung dan jakarta dan daerah lainnya maulid itu intinya mengaji membahas ilmu2 dinniyah, menceritakan nabi kita sendiri, membaca riwayatnya yang teragung dan termulya sepanjang zaman, yang menjadi segala sesuatu di dunia ini ada(intina mah ngaji ngaji keneh we!!!).Hikmah yg didapat akan menambah kecintaan kita pada Nabi kita yg teragung ini. Sangat sedikit kemungkinan orang yg jarang menyebut2 dan menceritakan riwayat hidup seseorang apalagi sampai melarang menceritakan riwayat hidupnya akan mudah mencintainya.Bukankah mencintai Nabi kita ini adalah salah satu syarat keimanan kita!!! Kami semua yg bermaulid nabi membuat sarana itu sebagai cara untuk menumbuhkan rasa cinta. Dan tolong direnungkan ” Tidak semua bidah itu sesat tetapi ada bidah yang baik juga” walaupun itu tidak ada pada zaman nabi tapi jika membawa kemaslahatn muslimin itu dibolehkan oleh para ulama sedunia. Contoh seperti Pengeras suara di mesjid bukankah itu bentuk bidah tapi kalo dilihat dari fungsinya maka hal itu diperbolehkan. Terlebih lagi dengan perayaan maulid nabi ini yang bisa menyelamatkan kita dunia dan akhirat yang membuka keridhoan Alloh dan Rosulnya.”Alloh SWT sangat mencintai Nabi kita ini, lalu bagaimana kita yang senantiasa disibukan dengan dunia sehingga sering terlupakan akan Nabinya sendiri,ditambah-tambah banyak orang yang salah arti sampai berani melarang melaksanakan Perayaan Maulid Nabi.” Semoga Alloh senantiasa tidak henti2nya memberikan taufik dan hidayahnya agar mendapat pemahan ilmu agama yang benar dengan periwayat ilmu yang sohih. Amin Ya Rabbal Alamin…..!!!!!
    Mohon maaf yang sebesar2nya kirannya jikalo menyinggung perasaan.
    Wassalamualaikum wr.wb.

     
  17. odiaswanda

    November 24, 2009 at 8:06 am

    Larangan menentang Rasul adalah dalil umum, cukup ditafsirkan dengan ayat “taatilah Allah dan Rasul-Nya”. Tidak taat berarti menentang atau menyimpang.

    Rasul Allah tidak hanya satu.
    Saya tulis boleh mengambil dalil dari Rasul Allah selain Muhammad shollallahu alaihi wa salam hanya sebagai penguat dalil, misal: beliau memerintahkan memelihara lihyah karena di suhuf Musa alaihi salam (Taurat) ada larangan memangkas lihyah. Beliau tidak memerintahkan berkumpul merayakan apapun yang tidak ada wahyu dari Allah karena di Taurat ada larangan merayakan yang tidak ada wahyu dari Tuhan yang ditaati oleh nabi Musa.

    Ya, cukup dari Al-Quran wa Sunnah jika antum taat memotong kumis dan memelihara janggut, dan pada diri Rasulullah terdapat suri teladan yang baik (QS 33:21), yakni ia taat pada Allah mengikuti suhuf Ibrahim wa Musa serta wahyu Allah khusus untuk beliau.

    Shaum 10 Muharam adalah dalil syariat dari nabi Musa yang beliau ambil. Yakinilah bahwa shaum dan aqiqah sangat berbeda dengan berkumpul merayakan kelahiran Rasul yang telah wafat.
    Yang sunnah adalah bersholawatlah walau ia telah wafat.

    Beberapa ayat di Al-Quran menunjukkan ahli Kitab telah menyimpang, tetapi ada juga yang taat.

    Rasulullah memerintahkan memelihara lihyah adalah bagian dari taat pada larangan Allah yang telah dilanggar oleh ahli Kitab (yang wajib masuk Islam).

    Kenapa antum malah memerintahkan kaum muslimin untuk menyerupai ahli Kitab yang telah menyimpang?
    ANEH.
    Mencukur lihyah dan Merayakan Natal adalah penyimpangan dari ahli Kitab, dan sudah ada sebelum Nabi Muhammad shollallahu alaihi wa salam diutus menjadi Rasulullah.
    Apa ada beliau ikut menyimpang?

    Mau menentang Rasul? Nabi Ibrahim dan Nabi Musa juga Rasul Allah.
    Yang jadi pertanyaan di QS 87:16-19 adalah Suhuf Ibrahim namanya apa jika Taurat adalah nama suhuf Musa?

    Sholat fardhu berjamaah adalah diwajibkan di waktu pagi petang petang di tempat ibadah kaum nabi Musa yang taat. Cari sendiri ayatnya di Al-Quran.
    “dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al-Quran ini berbagai perumpamaan. Dan antum adalah makhluk yang paling banyak membantah” (QS 18:54)
    Kata kuncinya adalah perumpamaan kaum yang tidak taat adalah menyerupai iblis yang tidak taat (menentang).

    Apakah antum taat pada Allah dengan berkumpul merayakan yang tidak diperintahkan Allah melalui Rasul-Nya atau taat pada Iblis dan pasukannya?

    Tidak ada khilafiyah tentang larangan tidak taat dan menentang Allah dan Rasul-Nya.

    Qunut Shubuh, jari digerakkan saat tasyahud, dsb, itu khilafiyah yang wajar karena haditsnya multi tafsir.

    Tapi tidak mungkin hadits Qunut Shubuh jadi dalil maulid nabi, ya.

    Nawaitu shauma ghadin adalah contoh kaum muslim yang tidak paham bahasa Arab. Tanya : siapa yang mensyariatkan Nawaitu untuk shaum Ramadhan, tapi lupa mensyariatkan nawaitu untuk shaum 10 muharam, senin- kamis, shaum nabi daud?

    Dan antum adalah makhluk yang paling banyak membantah.

    Ga punya malu, berbuatlah semaumu.

    Shaum jadi dalil berkumpul merayakan maulid nabi yang telah wafat?

    Perayaan Natal (maulid nabi Isa) sudah ada sebelum Rasulullah lahir kenapa tidak dijadikan dalil sekalian?

     
  18. Muhammad Hasan Sadzili

    November 24, 2009 at 8:38 am

    Assalamualaikum wr.wb.
    Bapak berdalil itu mungkin karna punya guru. Dan kami juga semua orang yang merayakan maulid Nabi yang agung juga mempunyai pegangan guru yang sanad keilmuannya sampai kepada Nabi kita sendiri. Silahkan Bapak pegang keyakinan tersebut. Kami juga akan memegang keyakinan kami sampai akhir hayat kami da akan kami pertanggung jawabkan keyakinan ini kepada Nabi kami kelak. Karena jelas kami melakasanakan perayaan maulid hanya semata mata untuk mencari ridho Alloh dan menambah kecintaan kami kepada Baginda kami Nabi Teragung Nabi Termulya Muhammad SAW.Silahkan anda berkomentar apa. Tapi tetap perayaan maulid tidak akan pernah sirna dari muka bumi ini ilaa yaumil qiyamah!!!!
    Wassalamualaikum wr.wb.

     
  19. Jang Dadang

    November 24, 2009 at 8:41 am

    Wa 10x sanggahan antum kok lebih ngawur gituh Syeh, lbih ngga nyambung drpd yg awal??? ana ngga ngemasalain tentang jenggot, kumis dll, dn itu tdk dimasalahkan di artikel di atas. Kalo ngga bisa jwb pertanyaan2 ane y jangan berkelit dgn membuat tema lain. Kok jauh mnyimpang dr tema. Ach ngga nyambung euy…!

    Ana hanya ibadah dgn berdasar dalil Qur’an & Hadits yg difahami oleh salafus saleh bukan dr ente Syeh…! Ana hanya mengomentari masalah maulid nabi, emang maulid nabi itu natalan?

    Kalo bener ente punya dali yg bisa mematahkan dalil2 di atas ya kemukaan dalil tsb secara ilmiah bukan dgn uring-uringan kaya gitu(istilah sunda mah kebakaran jenggot)…

    Emang ada dalilnya kalo yg merayakan maulid, pembacaan kisah nabi yg mulia adalah penentangan terhadap Nabi?

    Cape ah ngeladeni orang2 kaya ente…!

     
  20. Asy-Syifa

    November 24, 2009 at 8:50 am

    Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

    Para pengunjung yg terhormat,
    Kami mengucapkan banyak terima kasih atas komentar-komentar saudara. Alangkah lebih baik kita bisa menaha diri dari saling menyalahkan, menyesatkan bahkan “TAKFIR” naudzubillah!

    Kalau ada pendapat yg lain yg tidak sesuai dengan pendapat kita, alangkah baiknya desertai dgn dalil-dalil yg jelas bukan dgn saling menghujat.

    Syukron

     
  21. ahmad muthohar

    Februari 15, 2010 at 5:34 am

    من احبني كان فى الجنة
    salah satu bentu kita mencintai Beliau adalah dengan cara mengingatnya, karena sesuatu yang terlupakan maka akan hilang dari peredaranya, masa toh kita kalah sama orang2yang erayakan Valentin, bahkan banyak orang islam yang merayakannya,itu yang seharusnya kita lawan dan larang. dan perlu kita bahwa,keberadaan kita dialam dunia ini adalah atas jasa Nabi MUHAMMAD SAW, maka sebab itu sudah sepantasnya kita memuliakan beliau, salah satu caranya dengan memperingati Kelahirannya, sebab dengan kelahiran BeliauRAhmat ALLAH SWT turun
    رحمة للعالمين.
    لولك لولك لما خلقت الافلاق. tidak mungkin ada bumi dan isinya kalau lah Allah tidak menciptakan Nabi muhammad SAW.

    Wassalam, aFwan ikut komen.

     
  22. abangdoli

    Februari 15, 2010 at 6:29 am

    ente yang pada berantem lagi diketawain tuh ama musuh-musuh ente..
    pepesan kosong ente ributin.
    yang biasa maulid sampe mati juga bakalan maulid.
    yang anti maulid sampe mati juga bakalan begitu.
    sekarang mah kita masing2 aja deh. semua ada dalil dan pegangannya sendiri2. jangan merasa paling bener, yg laen salah semua, sesat semua, sorga buat dia doang sama kelompoknya.
    khilaf pendapat dari jaman sahabat juga udah ada.
    dan bukan jadi alasan buat kita berpecah belah.
    kita semua bersaudara.

     
  23. solikin

    Maret 1, 2010 at 6:32 am

    orang yang mencintai kekasihnya akan sering menyebut, mengingat, memuji-mujinya dimanapun ia berada dan berusaha lebih banyak tahu tentangnya. (ga pake dalil, cuma pengalaman aja).

     
  24. Mohan tahar abdallah palinbani

    Maret 1, 2010 at 10:33 am

    Ass,, Apa kabar semua wahai saudaraku se iman??? Berikut ana copi paste dari situs serambi UIM(unipersitas islam madinah) semoga bermanfaat, berikut petikannya.. Bismillahirobbil ‘almin…Fanatik terhadap kyai, ulama, atau ustadz memang telah mendarah daging dalam tubuh umat ini. Yang jadi masalah bukanlah sekedar mengikuti pendapat orang yang berilmu. Namun yang menjadi masalah adalah ketika pendapat para ulama tersebut jelas-jelas menyelisihi Al Qur’an dan As Sunnah tetapi dibela mati-matian. Yang penting kata mereka ‘ sami’na wa atho’na’ (apa yang dikatakan oleh kyai kami, tetap kami dengar dan kami taat). Entah pendapat kyai tersebut merupakan perbuatan syirik atau bid’ah, yang penting kami tetap patuh kepada guru-guru kami.

    Fenomena Fanatik Buta

    Fanatik -dalam bahasa Arab disebut ta’ashub- adalah sikap mengikuti seseorang tanpa mengetahui dalilnya, selalu menganggapnya benar, dan membelanya secara membabi buta. Fanatik terhadap kyai, ustadz, atau ulama bahkan kelompok tertentu telah terjadi sejak dahulu seperti yang terjadi di kalangan para pengikut madzhab (ada 4 madzhab yang terkenal yaitu Hanafi, Hanbali, Maliki, dan Syafi’i). Di mana para pengikut madzhab tersebut mengklaim bahwa kebenaran hanya pada pihak mereka sendiri, sedangkan kebathilan adalah pada pihak (madzhab) yang lain.
    Banyak contoh yang dapat diambil dari para pengikut madzhab tersebut. Di antara contoh perkataan bathil di antara mereka adalah ucapan Abul Hasan Al Karkhiy Al Hanafi (seorang tokoh fanatik di kalangan Hanafiyyah). Beliau mengatakan, “Setiap ayat dan hadits yang menyelisihi penganut madzhab kami (Hanafiyyah), maka harus diselewengkan maknanya atau dihapus hukumnya.”

    Syaikh Al Albani rahimahullah juga mengisahkan, bahwa ada seorang bermadzhab Hanafiyah mengharamkan pria dari kalangan mereka menikah dengan wanita bermadzhab Syafi’iyah, kecuali wanita tadi diposisikan sebagai wanita ahli kitab dianalogikan dengan wanita Yahudi dan Nasrani!! Hal ini masih terjadi hingga sekarang. Seperti ada seorang bermadzhab Hanafi dan dia begitu takjub dengan seorang khotib masjid Bani Umayyah di Damaskus, dia mengatakan, “Andaikan khotib tadi bukan bermadzhab Syafi’i, niscaya aku akan nikahkan dia dengan anak perempuanku!”

    Imam Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam Nubala’ juga menceritakan, bahwa Abu Abdillah Muhammad bin Fadhl Al Farra’ pernah menjadi imam sholat di masjid Abdullah selama 60 puluh tahun lamanya. Beliau bermadzhab Syafi’i dan melakukan qunut shubuh. Setelah itu imam sholat diambil alih oleh seseorang yang bermadzhab Maliki dan tidak melakukan qunut shubuh. Karena hal ini menyelisihi tradisi masyarakat setempat, akhirnya mereka bubar meninggalkan imam yang tidak melakukan qunut shubuh ini, seraya berkomentar, “Sholat imam tersebut tidak becus !!!”.

    Inilah contoh yang terjadi di kalangan pengikut madzhab. Begitu juga yang terjadi pada umat Islam sekarang ini, banyak sekali di antara mereka membela secara mati-matian pendapat dari ulama atau guru-guru mereka (seperti membela kesyirikan, kebid’ahan, atau perbuatan haram yang dilakukan guru-guru tersebut), padahal jelas-jelas bertentangan dengan ayat dan hadits yang shohih.

    Mempertentangkan Perkataan Allah dan Rasul-Nya dengan Perkataan Kyai/Ulama

    Banyak dari umat Islam saat ini, apabila dikatakan kepada mereka, “Alloh telah berfirman” atau kita sampaikan “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda …”, mereka malah menjawab, “Namun, kyai/ustadz kami berkata demikian …”. Apakah mereka belum pernah mendengar firman Allah (yang artinya), “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya” (Al Hujurot : 1) [?] Yaitu janganlah kalian mendahulukan perkataan siapapun dari perkataan Alloh dan Rosul-Nya.
    Dan perhatikan pula ayat selanjutnya dari surat ini. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),

    “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.” (Al Hujurot : 2).

    Ibnul Qoyyim rohimahulloh dalam I’lamul Muwaqi’in mengatakan,

    “Apabila mengeraskan suara mereka di atas suara Rasul saja dapat menyebabkan terhapusnya amalan mereka. Lantas bagaimana kiranya dengan mendahulukan pendapat, akal, perasaan, politik, dan pengetahuan di atas ajaran rasul [?] Bukankah ini lebih layak sebagai penghapus amalan mereka [?]“

    Ibnu ‘Abbas radiyallahu ‘anhuma mengatakan,

    “Hampir saja kalian akan dihujani hujan batu dari langit. Aku katakan, ‘Rasulullah bersabda demikian lantas kalian membantahnya dengan mengatakan, ‘Abu Bakar dan Umar berkata demikian.’ “(Shohih. HR. Ahmad).

    Dari perkataan ini, wajib bagi seorang muslim jika dia mendengar hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dia paham maksudnya/penjelasannya dari ahli ilmu, tidaklah boleh bagi dia menolak hadits tersebut karena perkataan seorang pun. Tidak boleh dia menentangnya karena perkataan Abu Bakar dan Umar -radiyallahu ‘anhuma- (yang telah kita ketahui bersama kedudukan mereka berdua), atau sahabat Nabi yang lain, atau orang-orang di bawah mereka, apalagi dengan perkataan seorang kyai atau ustadz. Dan para ulama juga telah sepakat bahwa barangsiapa yang telah mendapatkan penjelasan dari hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak boleh baginya meninggalkan hadits tersebut dikarenakan perkataan seorang pun, siapa pun dia. Dan perkataan seperti ini selaras dengan perkataan Imam Syafi’i -semoga Alloh merahmati beliau-. Beliau rahimahullah mengatakan,

    “Kaum muslimin sepakat bahwa siapa saja yang telah jelas baginya ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkannya karena perkataan yang lainnya.” (Madarijus Salikin, 2/335, Darul Kutub Al ‘Arobi. Lihat juga Al Haditsu Hujjatun bi Nafsihi fil ‘Aqoid wal Ahkam, Muhammad Nashiruddin Al Albani, hal. 79, Asy Syamilah)

    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

    “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya Musa hadir di tengah kalian dan kalian mengikutinya dan meninggalkanku, maka sungguh kalian telah tersesat dari jalan yang lurus. Sekiranya Musa hidup kembali dan menjumpai kenabianku, dia pasti mengikutiku.” (Hasan, HR. Ad Darimi dan Ahmad).

    Maksudnya apabila kita meninggalkan sunnah Nabi dan mengikuti Musa, seorang Nabi yang mulia yang pernah diajak bicara oleh Alloh, maka kita akan tersesat dari jalan yang lurus. Lantas bagaimana pendapat saudara sekalian, apabila kita meninggalkan sunnah Nabi dan mengikuti para kyai, tokoh agama, ustadz, mubaligh, cendekiawan dan sebagainya yang sangat jauh bila dibandingkan Nabi Musa ‘alaihis salaam??! Renungkanlah hal ini.

    Dampak Fanatik Buta

    Fanatik memunculkan berbagai dampak negatif yang sangat berbahaya bagi pribadi secara khusus dan masyarakat secara umum. Berikut ini kami paparkan beberapa dampak yang terjadi karena fanatik buta.

    [1] Memejamkan mata dari dalil yang kuat dan berpegang dengan dalil yang rapuh

    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Mayoritas orang-orang fanatik madzhab tidak mendalami Al Qur’an dan As Sunnah kecuali segilintir orang saja. Sandaran mereka hanyalah hadit-hadits yang rapuh atau hikayat-hikayat dari para tokoh ulama yang bisa jadi benar dan bisa jadi bohong.”

    [2] Merubah dalil untuk membela pendapatnya

    Contohnya adalah atsar tentang qunut shubuh yang diriwayatkan oleh Ahmad, Ibnu Majah, Tirmidzi, dan beliau menshohihkannya. Dari Malik Al Asyja’i rodiyallohu ‘anhu berkata, “Saya pernah bertanya kepada ayahku,’Wahai ayahku! Sesungguhnya engkau pernah sholat di belakang Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali di sini -di Kufah-. Apakah mereka melakukan qunut shubuh?’ Jawab beliau,’Wahai anakku, itu merupakan perkara muhdats (perkara baru yang diada-adakan dalam agama -pen)’ “.
    Tetapi seorang tokoh bermadzhab Syafi’i di Mesir malah mengganti hadits tersebut dengan lafadz yang artinya, ‘Wahai anakku, ceritakanlah (kata muhdats diganti dengan fahaddits yang berarti ceritakanlah-pen) [!]‘ Dan tokoh ini juga mengatakan, “Sholatnya orang yang meninggalkan qunut shubuh secara sengaja, maka sholatnya batal yaitu tidak sah.”

    Sungguh perbuatan tokoh ini dikarenakan sikap fanatik beliau pada madzhabnya yang mengakar kuat pada dirinya. Tetapi lihatlah perbedaan yang sangat menonjol dengan orang yang mengikuti kebenaran, walaupun madzhabnya sama dengan tokoh fanatik di atas. Beliau -Abul Hasan Al Kurjiy Asy Syafi’i- tidak pernah melakukan qunut shubuh dan beliau pernah berkata,”Tidak ada hadits shohih tentang hal itu (yaitu qunut shubuh,-pen).”

    [3] Sering memalsukan hadits

    Di antara hadits palsu hasil rekayasa orang-orang yang fanatik madzhab untuk membela madzhabnya, yaitu dari Ahmad bin Abdilllah bin Mi’dan dari Anas secara marfu’ : “Akan datang pada umatku seorang yang bernama Muhammad bin Idris (yakni Imam Syafi’i-pen), dia lebih berbahaya bagi umatku daripada Iblis. Dan akan datang pada umatku seorang bernama Abu Hanifah, dia adalah pelita umatku”.
    Hadits ini selain palsu, juga bertentangan dengan nash yang menyatakan bahwa pelita umat ini adalah Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, sebagaimana yang terdapat dalam surat Al Ahzab ayat 46.

    [4] Menfatwakan bahwa taqlid hukumnya wajib

    Para fanatisme madzhab atau kelompok akan menyerukan kepada pengikutnya tentang kewajiban taqlid yaitu mengambil pendapat seseorang tanpa mengetahui dalilnya.
    Hal ini sebagaimana yang diwajibkan organisasi Islam terbesar di Indonesia. Salah seorang tokoh organisasi tersebut mengatakan, “Sejak ratusan tahun yang lalu sampai sekarang sebagian besar umat Islam di seluruh dunia yang termasuk dalam golongan Ahlus Sunnah wal Jama’ah membenarkan adanya kewajiban taqlid bagi orang yang tidak memenuhi syarat untuk berijtihad …”

    Ini adalah ucapan yang bathil. Tidak pernah ada kewajiban seperti ini dari Alloh, Rosululloh, sampai-sampai imam madzhab sekalipun. Karena pendapat imam madzhab itu kadangkala benar dan kadangkala juga salah. Seringkali para imam madzhab berpegang pada suatu pendapat dan beliau meralat pendapatnya tersebut. Dan para imam itu sendiri melarang untuk taqlid kepadanya, sebagaimana Imam Syafi’i rohimahulloh (imam madzhab yang organisasi ini ikuti) mengatakan,

    “Setiap yang aku katakan, kemudian ada hadits shohih yang menyelisihinya, maka hadits Nabi tersebut lebih utama untuk diikuti. Janganlah kalian taqlid kepadaku”.

    Janganlah Menolak Kebenaran

    Sesungguhnya Allah telah mengutus para rosul untuk segenap manusia. Alloh mengutus para rasul untuk mendakwahi manusia agar mereka beribadah dan menyembah kepada Allah semata. Akan tetapi kebanyakan mereka mendustakan rosul-rosul utusan Alloh itu; mereka tolak kebenaran yang dibawanya, yaitu ketauhidan. Akhirnya mereka pun menemui kebinasaan.
    Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya ada kesombongan meskipun sebesar biji sawi.” Kemudian beliau melanjutkan hadits ini dengan berkata, “Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” (HR. Muslim)

    Berdasarkan hadits di atas, tidak diperbolehkan bagi seorang mukmin menolak kebenaran atau nasehat yang disampaikan kepadanya. Karena jika demikian berarti mereka telah menyerupai orang-orang kafir dan telah menjerumuskan dirinya ke dalam sifat sombong yang bisa menghalanginya masuk surga. Maka, sikap hikmah (yaitu sikap menerima kebenaran dan tidak meremehkan siapapun yang menyampaikannya -pen) menjadi senjata yang ampuh bagi seorang mukmin yang selalu siap digunakan. Maka dari itu, kita wajib menerima kebenaran dari siapapun datangnya, bahkan dari setan sekalipun.

    Ya Alloh, tunjukilah -dengan izin-Mu- bagi kami pada kebenaran dalam perkara yang kami perselisihkan. Sesungguhnya Engkaulah yang menunjuki siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.

    [Disarikan oleh Abu Isma’il Muhammad Abduh Tuasikal dari Majalah Al Furqon ed.11/Th.II, At Tamhiid li Syarhi Kitaabit Tauhid-Syaikh Sholeh Alu Syaikh, al Firqotun Najiyah-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu]

    Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

     
    • Zain Yahya

      Juli 4, 2011 at 4:01 pm

      Ass wr wbr..islam itu mudah tapi jngn di mudah2kan,Islam itu simply tapi jangn di gampang2kan,dan orng yg ber ilmu adalah orng yg tidak merasa:paling bener sendiri,paling pinter sendiri,bahkan lebih IRONI lagi nyalah2in pendapat orang bahkan ngata2in/ngeklim orng lain BID’AH,SYIRIK bahkan MUSRIK,NA’UDUBILLAH THUMMAH NA’UDUBILLAH,sbtulnya yg prlu kt angkat kepermuka’an bukan masalah itu justru Zaman SKRNG ini rusaknya mural dan akhlaq orang2 disekitar kita (AMAL MA’RUF NAHI MUNGKAR) justru itu yg lebih bermamfa’at bagi kemaslahatan kaum muslimin wal Muslimat yg memang sudah di prentahkan oleh ALLOH & ROSULNYA,Sabda Nabi yg Mulya(ISILAH HIDUP KALIAN DNGN AMAL SOLEH dan ILMU YG BERMAMFA’AT KRN AKAN DATANG BERBAGAI MACAM TANTANGAN AQIDAH,NABI MENGUMPAMAKAN:BAGAIKAN GELAP MALAM GULITA,SAKING GELAPNYA BNYK YG TERSESAT JLAN,SAKING GELAPNYA,,TA’BISA LAGI MMBEDAKAN MANA YG HAQ DAN MANA YG SALAH,SEHINGGA DI ZAMAN ITU PAGI MASIH BERIMAN SORENYA SUDAH KAFIR ADA LAGI DI ZAN ITU:SORE MASIH BER’IMAN PAGINYA SUDAH KAFIR,DAN BAGI ORNG2 YG MEMEGANG TEGUH DNGN KEISLAMAN & AQIDAH YG BENER,BAGAIKAN MEMEGANG BARA API)
      maaf ini hanya sekelumit comment dngn sedikit pemahan bagaimana KITA menunju’kan sifat MUKHTAROM antara sesama KAUM MUSLIM,agar Kita jngn begitu gampang melontarkan kalimat2 MUSRIK,Sebagaimana yg tlah di contohkan oleh NABI KT ROSULULLOH(JANGANLAH KITA MNYAKITI I SESAMA MUSLIM DNGN LISAN ATAUPUN DNGN TANGN)buknkah ini satu contoh sifat BUDI PEKERTI YG LUHUR?(AKHLQUL KARIMAH)firman ALLOH:LAQOD KANA LAKUM FIIROSULILLAHI USWATUNHASANAH.sodaqollohul adhim.
      ini sedikit dalil2 adanya MAULID NABI SAW:
      ————————Imam Muslim dalam Shahih-nya (2/819) meriwayatkan dari Abu Qatadah bahwa Rasulullah SAW ditanya tentang puasa hari Senin, beliau menjawab, “Itu adalah hari aku dilahirkan dan hari turunnya wahyu kepadaku.”

      Pada abad ke-14 H, muncul sekelompok orang yang mengharamkan ziarah kubur, termasuk kubur Nabi SAW, melarang bertawassul dengan nabi-nabi dan orang-orang shalih, melarang membaca doa bersama-sama setelah shalat fardhu, termasuk melarang peringatan Maulid Nabi SAW.

      Mereka menyebut peringatan Maulid sebagai bid’ah yang sesat. Bahkan sebagian mereka menyatakan, peringatan Maulid adalah perbuatan syirik, dan pelakunya adalah musyrik.

      Tidak tertutup kemungkinan, karena ketidaktahuan umat, hingga kini masih ada di antara mereka yang juga bersikap demikian. Yang sering terucap di antara mereka adalah bahwa peringatan Maulid itu bid’ah, dan karena bid’ah hukumnya sesat.

      Bahasa adalah fenomena. Dan, sebagai sebuah fenomena, barangkali memang sulit bagi kita untuk membendungnya. Demikian pula fenomena penggunaan kata “bid’ah” dalam masyarakat kita. Tanpa konteks tertentu, kata itu mungkin berkonotasi “haram”, “sesat”, “terlarang”, dan sebagainya. Tapi, apakah semua bid’ah itu haram?

      Tidak! Para ulama membagi bid’ah menjadi bid’ah hasanah, bid’ah yang baik, dan bid’ah qabihah, bid’ah yang tercela.

      Bid’ah hasanah adalah perbuatan-perbuatan yang belum dikenal pada masa Nabi SAW namun tidak bertentangan dengan Al-Quran dan as-sunnah. Contohnya, menghimpun Al-Quran ke dalam sebuah mushhaf, mengumpulkan orang-orang untuk mengerjakan shalat Tarawih berjama’ah.

      Lalu bagaimana dengan sabda Rasulullah SAW “Setiap hal yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”?

      Untuk menjawab itu, kita juga mesti menyimak sabda Rasulullah SAW yang lain, “Siapa yang membuat bid’ah sesat, yang tidak diridhai Allah dan Rasul-Nya, atasnya dosa orang yang mengamalkannya, tanpa sedikit pun mengurangi dosa-dosa mereka.” Dari bagian kalimat “bid’ah sesat, yang tidak diridhai Allah dan Rasul-Nya”, bisa dimaknai bahwa ada bid’ah lain, yang diridhai Allah dan Rasul-Nya, yakni bid’ah hasanah.

      Jadi, yang dimaksud dengan hal baru dalam hadits “Setiap hal yang baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat” adalah hal-hal baru yang bathil, yang tidak diridhai Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan perayaan Maulid jelas adalah bid’ah hasanah.

      Di samping dalil tentang bid’ah itu, masih ada dalil-dalil lain yang sangat kuat ihwal disyari’atkannya Maulid:

      • Perintah mengagungkan hari dan tempat kelahiran beberapa nabi dalam Al-Quran dan sunnah.
      • Kisah Abu Lahab yang memerdekakan budaknya, Tsuwaibah Al-Aslamiyyah, karena gembira dengan kelahiran Nabi SAW.
      • Peringatan yang dilakukan oleh Nabi SAW di hari kelahirannya dengan melakukan puasa pada hari Senin.
      • Hadits shahih yang berasal dari Nabi SAW tentang puasa hari Asyura.
      • Nabi SAW melakukan aqiqah bagi dirinya setelah diutus menjadi nabi.
      • Perintah memuliakan hari Jum`at karena sebab diciptakannya Nabi Adam AS di hari itu.
      • Penyebutan Allah SWT tentang kisah para nabi dalam Al-Quran, di antaranya kisah kelahiran Nabi Yahya AS, Maryam, dan Nabi Isa AS.
      • Maulid sebagai perantara untuk melakukan berbagai perbuatan taat.
      • Firman Allah SWT, “Katakanlah (Muhammad), ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” – QS Yunus (10): 58.
      • Perayaan Maulid bukanlah ibadah tawqifiyah, ibadah yang pasti dan sudah jelas mutlak dalilnya, melainkan taqarrub yang mubah.
      • Kaidah ushul fiqh anna ma dakhalah al-ihtimal saqath al-istidlal, segala sesuatu yang mengandung kemungkinan tidak dapat dijadikan dalil.
      • Nafy al-`ilm la yulzam minh nafy al-wujud, ketidaktahuan tidak melazimkan ketidakadaan sesuatu.
      ——————————

      kami sampai muak dngn

       
    • alfakir

      Juli 5, 2011 at 10:34 am

      “Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya ada kesombongan meskipun sebesar biji sawi.” Kemudian beliau melanjutkan hadits ini dengan berkata, “Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.” (HR. Muslim)

      Berarti anda yang benar dan orang lain yang salah?
      anda yang tinggi dan orang lain rendah?
      anda yang masuk sorga orang lain finaar?
      orang lain fanatik anda tidak? sedangkan anda selalu memegang pendapat ibnu taimiyah, kalau begitu apa namanya?

       
      • Zaini Yahya

        Juli 8, 2011 at 9:02 pm

        ini khusus buat akhi al-Fakir yg saya Hormati…….Marilah kita hindari perselisihan diantara saudara sesama muslim,ALLOH Tlah memperingatkan kita dalam al-qur’anul surat (an najm ayat 32) FALA TUZAKKU AMFUSAKUM HUWAH A’LAMUH BIMANITTAQO.yang artinya:janganlah kalian merasa paling SUCI / BENAR , dia (ALLOH )YANG LEBIH MENGETAHUI SIAPA YG BERTAQWA.
        dan NABI pun tidak menyukai dngan hal yg demikian itu.maaf SAMPEYAN tlah salah pemahamannya,justru KAMI orang2 yang tlah melestarikan rutinitas tahlil / mauludan dan yg lainnya,yang memang sudah dilestarikan OLEH para ulama’2 yg terdahulu yg jelas2 di dasari oleh Qur’an dan Hadits yg tentu saja tidak di ragukan KEILMUANNYA,justru Kami yang selalu mendapatkan hujatan keji dari sekolompok firqoh:dikatakan BI’AH,SYIRIK bahkan MUSRIK,na’udubillah thummah na’udubillah,sedangkan KaMI tidak pernah sedikitpun menyalahkan pendapat orang lain walaupun Kita berbeda PAHAMAN (IKHTIROM).Tapi kenapa SAMPEYAN justru memutar balikkan fakta yg ada,tulisan sampeyan ini:berarti anda yang benar dan orang lain yang salah?
        anda yang tinggi dan orang lain rendah?
        anda yang masuk sorga orang lain finaar?
        orang lain fanatik anda tidak? sedangkan anda selalu memegang pendapat ibnu taimiyah, kalau begitu apa namanya?
        perlu anda ketahui syiapa itu SEKHUL ISLAM IBNUH TAIMIYH,Beliau berkata di dalam MAJMU’FATAWANYA:BARANG SYIAPA YG BERPENDAT BAHWA DO’A (tahlilan)ORANG YG MASIH HIDUP TIDAK BISA NYAMPE’ KEPADA ahlil kubur,,(justru ia adalah ahlil bid’ah.)perlu anda ketahui itu a adalah perkata’an dari ULAMA ‘ yang di bangga-banggakan OLEH orang2 yg menamakan dirinya SALAFI,Itu pertanda beliau tlah memahami / insyaf atas semua tuduhan kejinya bersama KRONI-KRONINYA,saudaraKU AL-FAKIR ini dulu sebagai sanggahan yg di atas ,saya pribadi tidak mau di bilang SOMBONG/PALING BENER SENDIRI,seperti yg tlah anda tulis di atas,saya tunngu sarannya slalu ILALLIQO”

         
  25. Mohan tahar abdallah palinbani

    Maret 1, 2010 at 10:37 am

    Mohon maaf dan tolong di perbaiki pada kata2 di atas Maksudnya Bismillahirohmanirrohim,,alhamdulillahirobbil ‘alamin. mohon maaf sekali atas kelalaian ini, semoga kedepan lebih hati2 dan ikhlas.. trims

     
  26. Udin

    Maret 2, 2010 at 4:42 am

    Wa ‘alaikum slm Wr. Wb.

    Tks atas comment Akhi Mohan tahar abdallah palinbani.
    Saya sangat setuju dengan bahaya fanatik buta berlebihan yg digambarkan sdr. Yg perlu digaris bawahi dan mungkin terlewatkan adalah sikaf kita sendiri yg terkadang justru scr tdk sadar kita sendiri telah terjerumus kpd panatik buta tsb.

    Kita melarang bermadzhab kpd Imam2 yg sudah terpercaya di dunia Islam dari zaman ke zaman, malah kita buat konsef penafsiran/pemahaman Syariat sendiri(baca: madzhab baru) dgn alasan “inilah pemahaman yg benar dr ulama salafus-shaleh…!” Emang kapan ketemu dgn Ulama Salafus-Saleh? Sedangkan kita tau sekarang kita sdh terpisah jaug dgn zamannya UlamaSalaf Shaleh.

    Sbagai contok ketika ada pendapat orang lain yg berbeda dgn pandangan kita, dikarenakan kebutaan fanatik, kadang kita terlalu cpat memfonis salah & sesat kpd pihak “lawan” (baca: pihak yg berbeda pandangan dgn kita). Kita beralasan bahwa fihak “lawan” tdk memiliki dalil2 Soheh atau dalil2nya terkesan dipaksakan/lemah (menurut versi kita). Kita beranggapan pengambilan/penerapan dalil yg dikemukakan pihak lawan tdk sesuai dgn faham salafus-soleh(versi kita) padahal pihak lawan kita juga mengutarakan(menurut versinya masing2) bahwa dalil yg dipakai adalah soheh dgn menggunakan pemahaman salafus soleh.

    Sebagai contoh lain yg pernah kami alami dan perhatikan, fihak “lawan” kami memfonis beberapa amalan yg kami kerjakan adalah bid’ah dolalah, walau pun telah kami kemukakan dalil2 dari ulama mu’tabar salafus-saleh dgn rinci dan jelas, tp ttp fihak “lawan” mengatakan: “ah itu mah taqlid/fanatik buta, kembalilah kpd Qur’an dan Sunnah dgn pemahaman salafus saleh(versi sy)! karena kata syekh sy, Imam saya, Ust sy, buku/kitab karangan Syekh anu dll amalan kamu salah, sesat, dll….. ini lo dalil Qur’annya, ini dalil Hadits dst…”

    dr pengalaman diatas, sekilas dpt kita tarik kesimpulan ternyata pihak yg gencar memerang “taqlid/fanatik buta” tsb sebenarnya sedang mengamalkan taqlid/fanatik buta itu sendiri, sedangkan “sangat besar kemurkaan Alloh kpd orang yg berkata tdk sesui dgn perbuatannya”. Mereka menganggap bahwa orang yg bermadzhab (Hanafiyah, Malikiyyah, Syafiiyyah, Hanabilah dll) beramal tanfa Ilmu, mereka mengira Imam2 tsb bodoh, berpendidikan/berilmu rendah-Naudzubullahi mindzalik. trus siapa yg harus kita rujuk dlm memanami kandungan Al-Qur’an dan Al-Hadits?

    Saudaraku, ketahuilah, bahwa pihak lain yg tdk sependapat dgn kita sm seperti kita & sdr, mereka mengiginkan kebahagiaan, keselamatan dunia & aherat, seprti kita/sdr pula, mereka sama sekali tdk ingin celaka dunia-aherat, makanya mereka yg berbeda pandangan dgn kita berusaha dgn keras mencari dalil2 yg soheh & kuat dlm menjalankan syariat, mereka sm dgn sdr yg mempunyai guru2 yg sanadnya “muttasil” ke hadirot Ulama Salafus saleh & RasuluLloh SAW dgn rowi yg tsiqoh.

    Maka dari itu alangkah baiknya kalau kita saling menghormati perbedaan pendapat selama pendapat2 yg di-ikhtilafkan tsb ada dalilnya yg bisa dipertanggung-jawabkan.

    Mf bukan berarti kami membenarkan taklid/fanatik buta yg digambarkan sdr secara seram dan menakutkan seperti itu, emang fanatik buta yg sdr gambarkan diawal2 alinea tsb adalah salah, tp apa semua yg pendapatnya tdk sesuai dgn sdr selalu mempunyai sikap rendah yg sdr gambarkan tadi? Sy rasa tdk semuanya. Apakah dalil2 Qur’an, Hadits, Ijma dll yg dikemukakan oleh ulama lain (bukan ulamanya sdr) semuanya salah? apakah hanya ulama sdr seperti Syeh Ibnu Taimiyyah, Syeh Ibn Abdul Wahhab, Syeh Bin Baz, Syeh Al-Utsaimi, Syeh Muqbil, Syeh Al-Albani dkk sj yg mutlak benar???? Mf bukan maksudnya ulama tsb yg sy sebut itu salah, sy sangat menghormati & Ta’dzin kpd Ulama Alloh & berkhusnudzon kpd beliau2. Sy cuma mengasih tau bahwa diluar sana banyak ulama2 yg mempunyai pendapat2 bervariasi yg bisa kita pelajari dan kita pertimbangkan pendapatnya.

    Ahirnya sy minta maaf kalau ada kata2 yg menyinggung, mohon maaf juga, tdk ada sedikit pun niat sy menghina Ummat Nabi SAW apalagi merendahkan para pewaris Nabi Ulama Alloh SWT Rodialohuu an hum ajmain.
    Demikian. Wal ‘Afwu min kim, Syukron.
    Wass. Wr. WB.

     
  27. ibnu qosim

    Maret 17, 2010 at 4:38 am

    alhamdulillah masih ada mujahid, yang memmbentangkan masalah maulid. ini sebagai kesungguhan dalam agama. teruskan akhi, jangan berhanti. yang menentang maulid hanya ulama2 wahabi. yang menyatakan ahlisannah wal jamaah. malah jadi ahli gagabah.

     
  28. Wahyudi

    April 8, 2010 at 8:43 am

    Kaum Wahabi rupanya tidak mampu membedakan antara ibadah khusus spt salat, shaum, zakat dll dg ibadah umum. Penyebutan “sayidina” kpd Nabi saw tidaklah bid’ah kalau diucapkan di luar salat.

    Salah satu ciri Wahabi adalah memahami nash secara harfiah dan tidak boleh dita’wil. Makanya dlm bidang Ketuhanan wahabi cenderung memahami Allah secara tasybih dan tajsim.

     
  29. solikin

    April 9, 2010 at 3:30 am

    link bermanfaat silakan di klik, kl gak kebuka copas aja

    http://salafytobat.wordpress.com/

     
  30. hamba sahaya

    September 26, 2010 at 8:33 am

    wkwkkkwkw…(ketawa dulu ah)

    tadi ada yg bilang tdak boleh fanatik pada mahdzab trtentu tpi kok pada setiap ucapan Al-bani,syekh soleh fauzan,syekh soleh utsaimi,ibnu taimiyah,ibnu qoyyim mreka setuju dgn mreka semua spndapt pada ucapan2 beliau bahkan membenarkan fatwa2nya apa itu tidak dikatakan taqlid pda mreka scara tdk lgsung bsa dikatakan wajib brtaqliq pda mreka dlm hal agama dsebut jga fanatik…brarti tidak salah donk kalo kami smua membenarkan ucapan imam syafi’i dan para muridnya,membenarkan ulama ASY’ARIyAH krena pndpat2 mreka mnurut kami berlandaskan pada qur’an sunnah sperti halnya antum yg berpndapat ucapan2 al-bani,ibnu taimiyah benar berlandaskan qur’an sunnah dn mngikutinya….afwan

     
  31. Abdullah Mustaghfirin

    Februari 11, 2011 at 5:12 pm

    kunjungi Situs saja….
    Ayuuuuk Sholawatan….
    http://nuryahman. blogspot.com

    insya Allah sudah ada, 5.982 Sholawat memuji Rosulullah….

    Sholawat yang dikarang para habaib… Ulama Sholeh… Bersholawatlah niscaya kalian Selamat.

     
  32. Mahyu Amir

    Maret 22, 2011 at 4:28 am

    Para Akhwan dan Akhwat: Ketika kita menerima sesuatu yang baru menurut kita masing-masing, termasuk hal-hal yang sebenarnya telah ada ketentuan dan pemahaman jauh sebelum anda dilahirkan, seperti masalah Maulid, Isra’ Mi’raj, Peringatan 1 Muharram, Memperingati Nuzul Quran dan lain-lain, termasuk masalah Qunut,itu semua sama halnya dengan kita menyoroti masalah kita sendiri dan membuka aib kita sendiri. Saran saya hanya satu, yaitu ikuti dan amalkan ilmu yang anda miliki, jangan pernah mencari-cari kesalahan apalagi aib orang lain. Kesalahan anda hanya satu saja yaitu menyalahkan orang lain dengan pengetahuan anda tetapi tidak mengamalkan apa yang anda ketahui.

    Akhirul Kalam, yang mengatakan bahwa Maulid, Isra’ Mi’raj, Peringatan 1 Muharram, termasuk Memperingati Nuzul Quran adalah bukti kurangnya ilmu mereka dan mungkin saja mereka baru belajar Islam. Wallahu A’lam bimaalaa ta’malun…

     
  33. ivhayz

    April 25, 2011 at 7:45 am

    hayang seuri,,,, ongkoh ulah taqlid,,, teu teu nyieun dalil olangan,,,,, kalah dalil anu,dalil anu,,, parah,, uy teu ngarti aing mah,,,, yu akh rang sholawatan ning ge,,,

     
  34. ivhayz

    April 25, 2011 at 7:46 am

    hayang seuri,,,, ongkoh ulah taqlid,,, tv teu nyieun dalil olangan,,,,, kalah dalil anu,dalil anu,,, parah,, uy teu ngarti aing mah,,,, yu akh rang sholawatan ning ge,,,

     
  35. Taseex

    April 26, 2011 at 3:03 pm

    Assalamualaikum..Setelah aku baca dari awal halaman ini sampai tamat ahirnya aku mendapat dua pilihan.Dan saya anjurkan kepada segenap kaum muslimin dan muslimat supaya hati-hati untuk memilih.1:Kalo seandainya acara kenduri arwah(tahlilan)dan acara maulid itu hukumnya sunah.maka bagi yg suka melaksanakan dia mendapatkan pahala dan bagi yg tidak melaksanakan tidak mendapatkan pahala dan juga tidak disiksa.2:Tapi kalo seandainya keduaacara tersebut diatas hukumnya bidah maka ALHAMDULILLAH aku tidak melakukannya.Dan Rosululloh bersabda;barang siapa yg melaksanakan pekerjaan/amal yg bukan dari urusan kami(tidak dicontohkan)maka amalnya ditolak.rosululloh juga pernah bersabda;Setiap perkara baru itu bidah,setiap bidah itu dholalah(sesat),dan setiap yg dholalah itu tempatnya pinnaar.Silahkan tinggal pilih no1 atau no2.wassalam.(dari taseex).

     
  36. Ujang Udin

    April 27, 2011 at 2:07 am

    Wlkm Slm. Wr. Wb.

    Hukum Tahlil, Maulid & amalan2 sjenisnya adalah dari dulu sampai skarang msh di-“ikhtilaf”-kan oleh para ahli ilmi.

    Terlepas dr itu smua, masing2 pihak yg berbeda mempunyai argumen masing2. Akan tetapi hukum menyakiti sesama muslim, menghina, menganggap sesat, finnar, musyrik(kufur) sodaraya yg mengucapkan kalimah LAA ILAAHA ILLALLOH MUHAMMADUR ROSULULLOH” adalah spakat ulama(tdk ada ikhtilaf) bahwa perbuatan tsb adalah SALAH.

    Alhamdulillah, kami lebih memilih pendapat MAYORITAS ULAMA MU’TABAR yg jls2 ke-ilmu-an mereka tdk diragukan lg dlm memahami Qur’an dan Sunnah.

    Kalaupun amalan yg berbeda dgn kami tetapi sm2 mempunyai dalil Qur’an & hadits yg bs dipertanggung jawabkan, maka kami ttp menghormati pendapan beliau2 yg beda dgn kami, apa lagi KM TDK AKAN sampai menyesatkan orang lain yg beda pendapat dlm masalah furu’. Kami tidak ikut2kan menyesatkan, menghukumi musyrik, bid’ah dolalah bahkan memfonis seseorang Fin Naar, krn kami bukan peminlik SUrga & neraka.

    Silahkan pilih Ulama yg mn yg akan antum ikuti dlm memahami & menjalani hukum2 Qur’an & Hadits. Terus terang saja, bagi kita, khususnya sy (yg nulis comment) tau Haram, SUnnah, Mubah, makroh ataupun haram, smua itu tau dr guru2 kita yg mengajari itu semua dr pemahamannya yg diambil dr Qur’an & Hadits.

     
  37. abdullah

    April 27, 2011 at 5:34 am

    kalau dilihat dari faedah yang dapat dipetik dari
    kedua kegiatan diatas adalah:
    1. membaca ayat2 suci
    2. silaturahmi
    3. berdo’a
    4. sholawat
    5. ingat mati

    manfaatnya sangat banyak, dari pada orang yang suka

    1. mencela
    2. tidak mau silaturahmi kalau bukan golongannya
    3. jarang berdo’a (abis sholat ngacir)
    4. merasa benar sendiri (dengan mengatakan orang lain sesat)
    dll.dll…

    setiap pohon itu dilihat dari buahnya
    dari kedua uraian diatas coba nilai mana yang banyak mudharatnya

     
    • tommylee84tommy

      Juli 8, 2011 at 4:23 pm

      setuju………segitu ajja kok repot….padahal kalau repot..yaa..segitu gitu ajja

       
  38. SYOFI

    September 8, 2011 at 11:19 pm

    sudahlah…saudara2ku seiman dan setanah air dan pendatang…dari dulu yang di bahas furu’iyah dan taqliq…saudara2ku seiman, para Rosul Allah gag da yang seperti itu deh, mereka ditugaskan hanya menasehati…mengajak dan mengajarkan tauhid…belum pernah saya dengan para Rosul Allah debat kusir dengan kaum kafir…para Rosul Allah menasehati, mengajak…kalo gag mau ya sudah s=dan alo gag terima yowes..asal jangan mencampur adukkan dan mengocok-ocok agama Yang di bawa para Rosul Allah….INGAT: SALAH SATU RENCANA IBLIS LAKNATULLAH DAN BALA TENTARANYA ADALAH MENCIPTAKAN PERPECAHAN DALAM TUBUH UMAT ISLAM….bagi yng telah menulis dengan dalil dalil dan alasan2nya ya tinggal kita cermati mau di ikuti atau tidak…selam dia masih LAAILAAHAILLALLAH MUHAMMADURROSULULLAH…MEREKA SAUDRA KITA…HINDARI PERDEBATAN YANG MENGHINAKAN DAN MENGEJEK, BILA NGOTOT NGOTOTAN YA SUDAHLAH…JANGAN DITERUSKAN DEBAT YANG SAMA2 GAG MAU NGALAH…CUKUP MENASEHATI,BERDALIL,BERFATWA…NAMUN BILA TAK DITERIMA YA SUDAHLAH..TUGAS KITA HANYA MENASEHATI BUKAN MERASA PALING BENAR…INTINYA IALAH SELAMA PERBUATAN ITU TIDAK MELANGGAR ISI ALQURAN DAN HADIST dan berbau kesyirikan KITA TERIMA..MASALAH MENGAMALKAN ATAU TIDAK SAKAREPE DEWE’ WAE…maf bila ada kata2 saya yng gag berkenan dan menyinggung, saya cuma menasehati saudara2ku semua bahwa kita adalah bersaudara….jadii bersatulah…ada musuh yang kita perangi..yaitu yahudi laknatullah dan kaum kafir yang di dekingi iblis….apa kalian gag sadar, bahwa makana,minuman dan obat2an yang kita kenal dan bahkan dikonsumsi sebagian besar adalah dari yahudi!!!…BERSATULAH MEMERANGI MUSUH YANG SEBENARANYA….KAUM KAFIR (bukan bertuhankan Allah dan bukan berpanutan dari Rosulullah MUHAMMAD SAW dan bukan berkitab akhir zaman Al-Quran) DAN IBLIS YANG MUSUH NYATA BAGI KITA….POSTING SESAMA MUSLIM KOK HEBAT BANGET..COBA KALIAN POSTING DAN DEBAT DENGAN POSTINGAN ORANG2 KAFIR, YANG MEREKA TELAH BERSATU MERENCANAKAN MENJAJAH UMAT ISLAM DAN MEMBANTAI SAUDARA2 KITA DAN PUNYA AGENDA TERSELUBUNG….ASSALAMU ‘ALAIKUUM

     
  39. Misbah abdilah

    Desember 8, 2011 at 12:44 am

    segala sesuatu yg baik itu hrs dilakukan ikhlas karena Alloh dan tentunya harus pula ada contoh dari Nabi… jadi sesuatu ibadah yg Nabi tdk pernah contohkan berarti itu sesat…

     
    • Asy-Syifa

      Desember 8, 2011 at 10:01 am

      Maaf…
      Adzan adalah ibadah dari nabi yg dicontohkan oleh Sayyidina Bilall Muadzin Nabi di atas menara, jd adzan yg pake spiker tdk mencontoh Nabi jari sesat fin Nar????
      Mushaf Qur’an (Mushaf Utsmaniy) tdk pernah dicontohkan di Zaman Nabi, berarti Sohabat Abu Bakar Umar, Utsman, Ali RA & para tabi’in sampai qita semua yg menggunakan Mushaf adalah sesat?????
      Dan msh banyak lg….

      Malah dalil Maulid sdh jelas kami posting dari sumber yg Tsiqoh & Soheh, mana yg menurut Saudara sesat? Insya Alloh postingan di atas sdh meng-hendel dalil2 yg sering ditanyakan sodara2 kami.

      Mohon penjelasan!
      Wa biLlahi Taufiq.

       
    • herbcure

      Januari 30, 2012 at 2:51 pm

      Mohon petunjuk!
      untuk mengetahui contoh perbuatan nabi siapa yg bisa dijadikan sandaran terpercaya, ulama dulu apa ulama sekarang???

       
      • Asy-Syifa

        Januari 31, 2012 at 8:00 am

        Ulama Salafus Sholeh

         
  40. ulil albab

    Februari 3, 2012 at 1:43 pm

    buat sahabat pecinta Rasulullah shallu ‘alaih…,,, khilafiah itu wajar, namun berbeda jangan di buat debat sengit..mengadakan perayaan Maulid tidak jelek juga tidak Haram.apakah tidak boleh cinta pada Rasulullah dengan mengadakan perayaan/baca2 kisahnya/prilaku beliau?.
    moggo kita sikapi dengan bijak dan arif…

    Allahumma Shalli wasalim wabarik ‘alaih…..

     
  41. Agus Salim

    Februari 3, 2012 at 7:41 pm

    Aneh yah, banyak yang jadi kacang lupa kulit…! Islam datang ke negara kita abad ke 11, ditindak lanjuti oleh para aulia Allah, Wali songo. Mereka adalah pelantun syair2 maulid yang handal. Atas perjuangan dan jasa-jasa mereka kita jadi begini. sudah begini kok jadi menghantam mereka. Ironi….! Hidup Maulid…! Lanjut Brow, maju tak gentar. Anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Mereka mengeluarkan argumen, mengatakan anti mazhab, padahal mereka sendiri argumennya pengen dipake sama kita (Pengen dimazhabkan, Red). Eweuh weh doyot….!

     

Tinggalkan Balasan ke abi Batalkan balasan