RSS

Sejarah Sumedang(2)

30 Mei

Pemerintahan berdaulat

Prabu Agung Resi Cakrabuana (950 M)

Prabu Agung Resi Cakrabuana atau lebih dikenal Prabu Tajimalela dianggap sebagai pokok berdirinya Kerajaan Sumedang. Pada awal berdiri bernama Kerajaan Tembong Agung dengan ibukota di Leuwihideung (sekarang Kecamatan Darmaraja). Beliau punya tiga putra yaitu Prabu Lembu Agung, Prabu Gajah Agung, dan Sunan Geusan Ulun.

Berdasarkan Layang Darmaraja, Prabu Tajimalela memberi perintah kepada kedua putranya (Prabu Lembu Agung dan Prabu Gajah Agung), yang satu menjadi raja dan yang lain menjadi wakilnya (patih). Tapi keduanya tidak bersedia menjadi raja. Oleh karena itu, Prabu Tajimalela memberi ujian kepada kedua putranya jika kalah harus menjadi raja. Kedua putranya diperintahkan pergi ke Gunung Nurmala (sekarang Gunung Sangkanjaya). Keduanya diberi perintah harus menjaga sebilah pedang dan kelapa muda (duwegan/degan). Tetapi, Prabu Gajah Agung karena sangat kehausan beliau membelah dan meminum air kelapa muda tersebut sehingga beliau dinyatakan kalah dan harus menjadi raja Kerajaan Sumedang Larang tetapi wilayah ibu kota harus mencari sendiri. Sedangkan Prabu Lembu Agung tetap di Leuwihideung, menjadi raja sementara yang biasa disebut juga Prabu Lembu Peteng Aji untuk sekedar memenuhi wasiat Prabu Tajimalela. Setelah itu Kerajaan Sumedang Larang diserahkan kepada Prabu Gajah Agung dan Prabu Lembu Agung menjadi resi. Prabu Lembu Agung dan pera keturunannya tetap berada di Darmaraja. Sedangkan Sunan Geusan Ulun dan keturunannya tersebar di Limbangan, Karawang, dan Brebes.

Setelah Prabu Gajah Agung menjadi raja maka kerajaan dipindahkan ke Ciguling. Ia dimakamkan di Cicanting Kecamatan Darmaraja. Ia mempunyai dua orang putra, pertama Ratu Istri Rajamantri, menikah dengan Prabu Siliwangi dan mengikuti suaminya pindah ke Pakuan Pajajaran. Kedua Sunan Guling, yang melanjutkan menjadi raja di Kerajaan Sumedang Larang. Setelah Sunan Guling meninggal kemudian dilanjutkan oleh putra tunggalnya yaitu Sunan Tuakan. Setelah itu kerajaan dipimpin oleh putrinya yaitu Nyi Mas Ratu Patuakan. Nyi Mas Ratu Patuakan mempunyai suami yaitu Sunan Corenda, putra Sunan Parung, cucu Prabu Siliwangi (Prabu Ratu Dewata). Nyi Mas Ratu Patuakan mempunyai seorang putri bernama Nyi Mas Ratu Inten Dewata (1530-1578), yang setelah ia meninggal menggantikannya menjadi ratu dengan gelar Ratu Pucuk Umun.

Ratu Pucuk Umun menikah dengan Pangeran Kusumahdinata, putra Pangeran Pamalekaran (Dipati Teterung), putra Aria Damar Sultan Palembang keturunan Majapahit. Ibunya Ratu Martasari/Nyi Mas Ranggawulung, keturunan Sunan Gunung Jati dari Cirebon. Pangeran Kusumahdinata lebih dikenal dengan julukan Pangeran Santri karena asalnya yang dari pesantren dan perilakunya yang sangat alim. Dengan pernikahan tersebut berakhirlah masa kerajaan Hindu di Sumedang Larang. Sejak itulah mulai menyebarnya agama Islam di wilayah Sumedang Larang.


Ratu Pucuk Umun dan Pangeran Santri

Pada pertengahan abad ke-16, mulailah corak agama Islam mewarnai perkembangan Sumedang Larang. Ratu Pucuk Umun, seorang wanita keturunan raja-raja Sumedang kuno yang merupakan seorang Sunda muslimah; menikahi Pangeran Santri (1505-1579 M) yang bergelar Ki Gedeng Sumedang dan memerintah Sumedang Larang bersama-sama serta menyebarkan ajaran Islam di wilayah tersebut. Pangeran Santri adalah cucu dari Syekh Maulana Abdurahman (Sunan Panjunan) dan cicit dari Syekh Datuk Kahfi, seorang ulama keturunan Arab Hadramaut yang berasal dari Mekkah dan menyebarkan agama Islam di berbagai penjuru daerah di kerajaan Sunda. Pernikahan Pangeran Santri dan Ratu Pucuk Umun ini melahirkan Prabu Geusan Ulun atau dikenal dengan Prabu Angkawijaya. Pada masa Ratu Pucuk Umun, ibukota Kerajaan Sumedang Larang dipindahkan dari Ciguling ke Kutamaya.

Dari pernikahan Ratu Pucuk Umun dengan Pangeran Santri memiliki enam orang anak, yaitu :

· Pangeran Angkawijaya (yang tekenal dengan gelar Prabu Geusan Ulun)

· Kiyai Rangga Haji, yang mengalahkan Aria Kuda Panjalu ti Narimbang, supaya memeluk agama Islam.

· Kiyai Demang Watang di Walakung.

· Santowaan Wirakusumah, yang keturunannya berada di Pagaden dan Pamanukan, Subang.

· Santowaan Cikeruh.

· Santowaan Awiluar.

· Ratu Pucuk Umun dimakamkan di Gunung Ciung Pasarean Gede di Kota Sumedang.

Sumber: Wikipedia

 
10 Komentar

Ditulis oleh pada Mei 30, 2007 inci Sejarah & Biografi

 

10 responses to “Sejarah Sumedang(2)

  1. shahr12an

    Februari 1, 2008 at 4:24 pm

    sesiapa pernah mendengar atau tahu tentang pedang sumedang?
    sila beritahu apa sejarahnya pedang ini

     
    • dodi

      Agustus 29, 2009 at 9:16 pm

      tidak banyak yang tau tentang riwayat pedang ini, pabila boleh berkenan, siapa identitas shahr12an? hatur nuhun
      sedikit sumber menyatakan pedang ini bersanding dengan dawegan, yang harus dijaga oleh 2 putra prabu agung resi cakara buana di sebuah gunung (gunung nurmala), dimana tugas ini diberikan kepada mereka atas perintah ayahnya karena kakak beradik ini tidak mau meneruskan untuk menjadi raja, namun salah satu dari mereka karena kehausan yg amat sangat akhirnya membelah dawegan tsb maka ia dinyatakan kalah dan mengemban tugan menjadi raja sumedang larang

       
  2. aam surahman

    September 6, 2008 at 6:11 am

    kalau ada, mohon dilengkapi dengan foto-foto

     
  3. Ardi yahya

    September 13, 2008 at 10:38 am

    Subhanalloh saya bersyukur bisa mengetahui sejarah sumedang walaupun hanya sedikit,mohon dilengkapi akan sejarah sumedang supaya orang sumedang dapat mengetahui daerah tempat tinggalnya….Terima kasih
    Wassalamualaikum Wr Wb…………..

     
    • yunus basri

      Oktober 14, 2010 at 12:59 pm

      saya asli orang sumedang…

      saya bersukur tahu sejarah daerah saya… trims

       
  4. lilis herliyani

    Januari 16, 2010 at 1:36 am

    salam silaturahmi na kanggo sdy jamaah asysyifa…

     
  5. hendrik

    September 13, 2010 at 4:04 am

    sy adalah ansum ( ASli oraNg SUMedang )dengan adanya situs ini sangat berterimakasih sekali karena sy bisa mengenal lebih jauh lagi tentang kota kelahiran sy walaupun belum sempurna,mungkin kedepan lebih disempurnakan lagi,agar sy bisa bercerita tentang kota sumedang kpd anak cucu st kelak,
    semoga asysyifa diberikan kesehatan dan keridhoan dr Allo Swt,amiin yarobbalamin

     
  6. eko jati

    November 4, 2010 at 1:57 pm

    urang sumedang asli….
    cisema, pakualam, damaraja.

    loba situs-situs sejarah kota sumedang anu rek ka keu-eum ( jadi bendungan tea cenah… hayang teh ulah jadi lah… ) di daerah cipaku, pakualam darmaraja,
    pan asal usul aya sumedang teh miminita di darmaraja….

     
  7. Panji Panca Nugraha

    Maret 12, 2012 at 8:48 pm

    Alhamdulillah akhirna mendak oge situs kanggo urang sumedang…….Salam ka sadayana ……

     
  8. siyanathea

    Februari 6, 2013 at 10:27 am

    Jadi tau nich

     

Tinggalkan komentar